Untuk kamu yang masih dan selalu.
Ada orang yang mencintai aku. Seseorang yang bukan kamu. Seseorang yang mampu menerimaku, seseorang yang mau berjuang bersamaku.
Jika sampai sekarang aku masih mau diam, itu karena apa yang di dalam diriku masih terus mencari tenang. Untuk saat ini, dan sampai waktu yang tak mampu kubataskan, diam akan jadi ketenanganku. Terserah apa katamu dan anggapanmu tentang pencitraan yang kau maksudkan kepadamu. Aku tidak peduli dengan pencitraan. Pun dengan tulisan ini, bagaimana penilaianmu terhadapku.
-
Untuk kamu yang masih tetap mau bertahan
Ada yang menyayangi aku. Sesorang yang bukan kamu.
Aku mengatakan padanya bahwa aku mungkin bisa saja menyakiti dan disakiti. Dan aku tidak mau seolah-olah mempermainkan perasaannya, seolah-olah bersikap manis depannya. Lalu dia berkata begini padaku: "Bahwa tentang menyakiti dan disakiti adalah pelajaran, maka aku akan melewati dan mendapatkan pelajaran itu dengan kamu." Dia juga berkata: "Kalau dengan rasa sakit bisa memberi arti apa itu cinta, maka aku akan bersabar dengan prosesnya."
Tapi aku tidak sependapat dengannya, aku bilang: "Jika cinta, tidak akan ada yang menyakiti dan tersakiti. Aku takut diantara keduanya salah satu ada yang terjadi pada kamu atau pun aku. Aku hanya menghargai perasaan yang seharusnya tidak ada."
-
Untuk kamu yang cinta tak mau melepaskan diri.
Ada yang mencintai aku. Seseorang yang bukan kamu.
Aku mengatakan padanya bahwa sejak lama, di hatiku sudah ada orang lain. Kemudian dia berkata begini padaku: "Bahwa cinta itu tentang melepaskan. Jika kamu benar-benar mencintai orang tersebut, kamu harus membiarkannya pergi. Membiarkannya berbahagia meski pun itu bukan dengan kamu. Membiarkannya tertawa meski pun itu bukan karena kamu. Melepasnya pergi, dengan seseorang yang bukan kamu."
Tapi kemudian aku menyangkalnya. Kataku, "Justru karena cinta, aku ingin membuat orang yang aku cintai bahagia dengan caraku. Aku ingin membuat orang yang aku cintai tertawa bersamaku, dan aku ingin membuat orang yang aku cintai berada di sampingku dan berada dalam penjagaanku. Seandainya cinta boleh memaksa, seandainya cinta harus memiliki…"
–
Untuk kamu yang kenangan masih saja lekat.
Ada orang yang menerimaku. Seseorang yang bukan kamu.
Aku mengatakan padanya bahwa sejak lama, di hatiku sudah ada orang lain. Dan aku tidak mau bersikap seolah-olah mencintainya hanya untuk melupakan kamu. Kemudian dia berkata begini padaku, “Kamu tidak perlu melupakan, karena hidup tidak selalu tentang melupakan. Kamu hanya perlu menerima. Seperti aku yang menerima hal-hal yang telah lalu dalam hidupmu.”
–
Untuk kamu yang masih bersangkar di pikiranku seperti tidak tau malu.
Ada orang yang mau berjuang bersamaku. Seseorang yang bukan kamu.
Aku mengatakan padanya bahwa sejak lama, di hatiku sudah ada orang lain. Kemudian dia berkata begini padaku, "Terkadang kita memang tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan. Dan terkadang pula, apa yang kita inginkan bukanlah sesuatu yang kita butuhkan." Dia juga berkata: "Jika mencintainya membuatmu merasa sendirian, aku akan menggandeng tanganmu dan bersama-sama membantumu merelakan.”
-
Kemudian aku terkesima. Mengetahui betapa penerimaan menimbulkan rasa yang melebihi cinta.
Jika begitu, bolehkah ku minta hatiku kembali?
Ada orang yang mencintai aku. Seseorang yang bukan kamu. Seseorang yang mampu menerimaku, seseorang yang mau berjuang bersamaku.
Jika sampai sekarang aku masih mau diam, itu karena apa yang di dalam diriku masih terus mencari tenang. Untuk saat ini, dan sampai waktu yang tak mampu kubataskan, diam akan jadi ketenanganku. Terserah apa katamu dan anggapanmu tentang pencitraan yang kau maksudkan kepadamu. Aku tidak peduli dengan pencitraan. Pun dengan tulisan ini, bagaimana penilaianmu terhadapku.
-
Untuk kamu yang masih tetap mau bertahan
Ada yang menyayangi aku. Sesorang yang bukan kamu.
Aku mengatakan padanya bahwa aku mungkin bisa saja menyakiti dan disakiti. Dan aku tidak mau seolah-olah mempermainkan perasaannya, seolah-olah bersikap manis depannya. Lalu dia berkata begini padaku: "Bahwa tentang menyakiti dan disakiti adalah pelajaran, maka aku akan melewati dan mendapatkan pelajaran itu dengan kamu." Dia juga berkata: "Kalau dengan rasa sakit bisa memberi arti apa itu cinta, maka aku akan bersabar dengan prosesnya."
Tapi aku tidak sependapat dengannya, aku bilang: "Jika cinta, tidak akan ada yang menyakiti dan tersakiti. Aku takut diantara keduanya salah satu ada yang terjadi pada kamu atau pun aku. Aku hanya menghargai perasaan yang seharusnya tidak ada."
-
Untuk kamu yang cinta tak mau melepaskan diri.
Ada yang mencintai aku. Seseorang yang bukan kamu.
Aku mengatakan padanya bahwa sejak lama, di hatiku sudah ada orang lain. Kemudian dia berkata begini padaku: "Bahwa cinta itu tentang melepaskan. Jika kamu benar-benar mencintai orang tersebut, kamu harus membiarkannya pergi. Membiarkannya berbahagia meski pun itu bukan dengan kamu. Membiarkannya tertawa meski pun itu bukan karena kamu. Melepasnya pergi, dengan seseorang yang bukan kamu."
Tapi kemudian aku menyangkalnya. Kataku, "Justru karena cinta, aku ingin membuat orang yang aku cintai bahagia dengan caraku. Aku ingin membuat orang yang aku cintai tertawa bersamaku, dan aku ingin membuat orang yang aku cintai berada di sampingku dan berada dalam penjagaanku. Seandainya cinta boleh memaksa, seandainya cinta harus memiliki…"
–
Untuk kamu yang kenangan masih saja lekat.
Ada orang yang menerimaku. Seseorang yang bukan kamu.
Aku mengatakan padanya bahwa sejak lama, di hatiku sudah ada orang lain. Dan aku tidak mau bersikap seolah-olah mencintainya hanya untuk melupakan kamu. Kemudian dia berkata begini padaku, “Kamu tidak perlu melupakan, karena hidup tidak selalu tentang melupakan. Kamu hanya perlu menerima. Seperti aku yang menerima hal-hal yang telah lalu dalam hidupmu.”
–
Untuk kamu yang masih bersangkar di pikiranku seperti tidak tau malu.
Ada orang yang mau berjuang bersamaku. Seseorang yang bukan kamu.
Aku mengatakan padanya bahwa sejak lama, di hatiku sudah ada orang lain. Kemudian dia berkata begini padaku, "Terkadang kita memang tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan. Dan terkadang pula, apa yang kita inginkan bukanlah sesuatu yang kita butuhkan." Dia juga berkata: "Jika mencintainya membuatmu merasa sendirian, aku akan menggandeng tanganmu dan bersama-sama membantumu merelakan.”
-
Kemudian aku terkesima. Mengetahui betapa penerimaan menimbulkan rasa yang melebihi cinta.
Jika begitu, bolehkah ku minta hatiku kembali?