Hay,
apa yang harus ku tulis untuk mengawali ini?
Ah,
kata sapa? Itu sudah terlalu sering rupanya. Pasti kamu malas mendengar kata
sapa terus dan terus.
Mungkin
entah ini terbiasa atau bakan menjadi kebiasaan.
Kamu
selalu melakukan hal yang kamu sukai, malah menggodaku dan mengenang cerita
lucu tentang kita. Begitulah kita. Ingat dulu pertama kali kita jadian? Aku
sungguh asyik dengan perasaanku saat
itu.
Aku
menutup matamu dengan kedua tanganku, menemani harimu dengan kehangatan,
memelukmu erat hingga kamupun terbuai. Akanku. Ini adalah wanita yang kamu
kenalkan pada kedua orangtuamu pada saat itu. Yang menemani kamu serta ibumu
setiap waktu. Yang juga memelukmu tapi penuh kelembutan. Wanita yang entah akan
menjadi pendampingmu atau tidak, selamanya.
Maaf,
aku begitu jahat memaksakan antara kamu dan jarak untuk selalu dekat. Jujur,
aku tidak pernah menyuruhmu untuk langsung memilihku. Permainanku tidak
segampang itu, aku membuatmu terbuai berlama-lama dengan kehadiranku.
Menyuntikmu dengan berbagai kisah sang putri dan sang pangeran. Membiusmu
dengan senyum dan tawa. Lalu membuatmu tidak berkutik, meluluh latahkan benteng
hatimu. Sehingga kamu tidak mempunyai pilihan lain.
Maafkan
aku ya.
Maafkan
aku atas kesenanganku untuk mencintaimu. Aku hanya ingin bilang
“Aku
menikmati bahagia dan sakit, aku menikmati prosesnya. Aku menikmati sakit yang
aku rasakan karena begitu berani mencintai seseorang dengan begitu bahagia.”
Tidak
ada yang pernah begitu menikmati sakit, kecuali diriku sendiri. Aku tidak
pernah memilihmu dan tidak pernah seutuhnya memilikimu. Aku tau.
Terimakasih
atas ingatan-ingatan yang sangat kuat di memory otakku ini, yang jika aku
kumpulkan tidak akan habis dalam 1 hari 1 malam.
Terimakasih
atas ketersediaanmu sekarang, besok, dan selamanya.
Untuk
segala yang terbiasa akan menjadi kebiasaan-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar