Minggu, 01 September 2013

Untuk Kamu Yang Masih dan Selalu

Untuk kamu yang masih dan selalu.

Ada orang yang mencintai aku. Seseorang yang bukan kamu. Seseorang yang mampu menerimaku, seseorang yang mau berjuang bersamaku.

Jika sampai sekarang aku masih mau diam, itu karena apa yang di dalam diriku masih terus mencari tenang. Untuk saat ini, dan sampai waktu yang tak mampu kubataskan, diam akan jadi ketenanganku. Terserah apa katamu dan anggapanmu tentang pencitraan yang kau maksudkan kepadamu. Aku tidak peduli dengan pencitraan. Pun dengan tulisan ini, bagaimana penilaianmu terhadapku.

-

Untuk kamu yang masih tetap mau bertahan

Ada yang menyayangi aku. Sesorang yang bukan kamu.

Aku mengatakan padanya bahwa aku mungkin bisa saja menyakiti dan disakiti. Dan aku tidak mau seolah-olah mempermainkan perasaannya, seolah-olah bersikap manis depannya. Lalu dia berkata begini padaku: "Bahwa tentang menyakiti dan disakiti adalah pelajaran, maka aku akan melewati dan mendapatkan pelajaran itu dengan kamu." Dia juga berkata: "Kalau dengan rasa sakit bisa memberi arti apa itu cinta, maka aku akan bersabar dengan prosesnya."

Tapi aku tidak sependapat dengannya, aku bilang: "Jika cinta, tidak akan ada yang menyakiti dan tersakiti. Aku takut diantara keduanya salah satu ada yang terjadi pada kamu atau pun aku. Aku hanya menghargai perasaan yang seharusnya tidak ada."

-

Untuk kamu yang cinta tak mau melepaskan diri.

Ada yang mencintai aku. Seseorang yang bukan kamu.

Aku mengatakan padanya bahwa sejak lama, di hatiku sudah ada orang lain. Kemudian dia berkata begini padaku: "Bahwa cinta itu tentang melepaskan. Jika kamu benar-benar mencintai orang tersebut, kamu harus membiarkannya pergi. Membiarkannya berbahagia meski pun itu bukan dengan kamu. Membiarkannya tertawa meski pun itu bukan karena kamu. Melepasnya pergi, dengan seseorang yang bukan kamu."

Tapi kemudian aku menyangkalnya. Kataku, "Justru karena cinta, aku ingin membuat orang yang aku cintai bahagia dengan caraku. Aku ingin membuat orang yang aku cintai tertawa bersamaku, dan aku ingin membuat orang yang aku cintai berada di sampingku dan berada dalam penjagaanku. Seandainya cinta boleh memaksa, seandainya cinta harus memiliki…"



Untuk kamu yang kenangan masih saja lekat.

Ada orang yang menerimaku. Seseorang yang bukan kamu.

Aku mengatakan padanya bahwa sejak lama, di hatiku sudah ada orang lain. Dan aku tidak mau bersikap seolah-olah mencintainya hanya untuk melupakan kamu. Kemudian dia berkata begini padaku, “Kamu tidak perlu melupakan, karena hidup tidak selalu tentang melupakan. Kamu hanya perlu menerima. Seperti aku yang menerima hal-hal yang telah lalu dalam hidupmu.”



Untuk kamu yang masih bersangkar di pikiranku seperti tidak tau malu.

Ada orang yang mau berjuang bersamaku. Seseorang yang bukan kamu.

Aku mengatakan padanya bahwa sejak lama, di hatiku sudah ada orang lain. Kemudian dia berkata begini padaku, "Terkadang kita memang tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan. Dan terkadang pula, apa yang kita inginkan bukanlah sesuatu yang kita butuhkan." Dia juga berkata: "Jika mencintainya membuatmu merasa sendirian, aku akan menggandeng tanganmu dan bersama-sama membantumu merelakan.”

-

Kemudian aku terkesima. Mengetahui betapa penerimaan menimbulkan rasa yang melebihi cinta.

Jika begitu, bolehkah ku minta hatiku kembali?

Take Care Of Yourself

Hey kamu, kamu yang udah aku anggap sebagai orang terbaik yang ngasih aku arti temen. Ini aku, dengan segala kekurangan yang ga pantes kamu banggain.
Mungkin aku bukan tidak bersyukur Tuhan pertemukan aku dengan kamu. Tapi sayang, ternyata kamu jauh lebih baik jadi seorang temen. Sebagian orang yang kenal kamu pasti nganggap begitu, tapi ada satu orang yang bisa jauh lebih dari apa yang aku rasain ke kamu sekarang.

Aku kalah, kalah menjaga kesepakatan aku dengan-Nya kalau aku akan tetap bisa menjaga hubungan pertemanan kita. Aku kalah dengan permainan yang entah kapan berakhirnya. Mungkin ini menyakitkan, bukan untuk kamu saja.. Aku pun sama.

Aku salah, salah diam-diam membiarkan kamu masuk ke ruangtamu dihatiku, mempersilahkanmu duduk. Dan membuatmu betah berlama-lama disana. Bukan itu yang aku maksud, bukan rasa itu yang aku harapkan ada. Tapi rasa temen, sahabat, sodara yang aku harapkan.
Bukan, bukan aku menyesali dua bulan yang lalu.. Tapi aku menyalahkan diriku sendiri atas kebodohan yang aku lakukan. Membuat orang sakit, membiarkan kamu selalu berusaha membuatku merasa bahagia, tapi sayang.. Aku berburu-buru bangun dari tidur yang membuatku merasa bersalah pada saat itu. Aku ga pernah bisa jadi apa yang kamu mau, ga pernah bisa membuat kamu bahagia saat itu.

Aku hanya tidak ingin, orang sebaik kamu disakiti oleh orang seperti aku. Aku hanya berusaha jujur pada diriku sendiri, pada kamu, dan pada semua orang. Selama aku menemanimu 2 bulan lalu, aku sama sekali tidak pernah berusaha buat berbohong ke kamu. Ga ada yang aku tutupin dan ga ada kebohongan ke kamu. Aku juga ga berusaha buat nipu kamu dengan topeng awal pertemanan kita aku begitu baik dan sebagainya. Tapi setelah itu aku seolah-olah memainkan perasaan kamu gitu aja. Ga begitu sama sekali engga, dulu itu memang aku, ini juga aku yang sekarang justru bikin hubungan kita ngejauh. Sikap aku ke temen, dan selama aku ke kamu pas jadi pacar jauh berbeda. Aku hanya ga bisa seperti perempuan lain yang menunjukan sayangnya pada cowok mereka seperti apa. Aku emang cuek, tapi ga kalo ke temen. Selama itu, aku hanya ngerasa salah karna membuat kamu selalu merasa sakit dengan sikapku yang ga pernah bisa kaya apa yang kamu mau.

Sekali lagi, aku hanya berusaha jujur. Aku gamau hubungan yg di pondasiin dengan kebohongan perasaan aku yg ngerasa salah ke kamu.

Maaf, untuk segala hal yang membuat kamu sakit.
Maaf, untuk segala kata, perbuatan yang sama sekali ga pernah aku maksudkan ke kamu. Aku hanya ingin kamu tau.. Aku ga pantes buat kamu perjuangin, ada orang yang bakal jauh lebih dari aku.
Maaf, untuk dulu selalu membuat kamu kerepotan bersabar dengan sikap cuek aku.
Maaf, untuk dulu selalu nyusahin kamu dengan segala hal yg kamu usahain buat bikin aku seneng.
Maaf, untuk kesalahan yang aku gatau bagaimana ngejelasin dan harus aku ucapin ke kamu.
Aku minta maaf.

Makasih, untuk segala hal yang kamu selalu usahain buat bikin aku seneng.
Makasih, untuk mau bersabar 2 bulan lalu.
Makasih, untuk mau tetap ada buat aku sampe sekarang. Aku tau nanti kamu jg bakal sadar kalo aku bukan cewek yg kamu mau. Bukan cewek yang pantes kamu perjuangin. Disaat itu, aku akan tersenyum dan seneng melihat kamu bakal nemuin orang yang lebih pantes buat kamu. Orang yang pastinya lebih baik dari aku.

Take care of yourself.

Minggu, 14 Juli 2013

My Twilight

Damn You, Senja!

Yah, kamu menang. Kamu berhasil memenuhi perjanjianku dengan Langit. Baiklah, akan ku panggil kamu Senja sepanjang surat ini.

Terima kasih telah membawa putih yang beribu dengan aneka lekuk yang ku panggil Awan.

Terima kasih telah menunjukkan warna warni angkuhmu, dalam balutan orange, merah, biru, ungu, jingga, ah semuanya.. Bahkan aku masih bisa menemuimu, Senja.

Terima kasih telah sedikit mengantar kelabu dalam malamku. Yah, walaupun aku lupa sadar, tapi hujanku terasa dekat, dalam lelap. Karena ketika senja aku selalu mendapatkan moment terindah dalam segala hal sedari dulu sampai sekarang. Entah mengapa, senja begitu memberiku banyak moment yang sangat tertata baik dalam otakku.

Sejak kapan, entahlah manusia semacam apa yang telah mengenalkanku pada keindahan senja yang selalu kunikmati disetiap harinya. Aku selalu suka berbagai cara ketika menghabiskan waktu senja untuk ke sekian kalinya.
Mungkin ini sugesti bagi diriku sendiri, bahwa aku sangat menyukai senja ketika senja selalu memberiku ketenangan dan kebahagiaan yang lengkap bersama tawa yang sudah menjadi candu.

Senja,
Aku juga sudah memenuhi janjiku mengirim surat dan menyebutmu Senja sepanjang ini.
Kita sudah sepakat bukan? Dan kita berhasil memenuhi perjanjian kita.

Tetap lah membawa warna angkuhmu, Senja. Karena aku suka. Pun semua orang di sini, yang kusebut Bumi.

"I remember, when it's I always do this. To laugh is better than before. I'd love someone in my twilight time"

Terima kasih, Senja.

Selamat!
Pejamku malam ini akan lebih dari sekadar senyum yang ku lukis melalui bibirku.

Rabu, 26 Juni 2013

Kalian Kini Ada

Kuberanjak dari siangku
Mencoba melukis malamku

Dan hari esok
Berharap keajaiban kan datang
Daun tak bergerak
Sang burung terdiam menanti 'senyuman'

Berdiri termangu membisu
Apakah yg akan terjadi ?
Akankah keindahan menyapa ?
Rumput tak berpesan
Tunduk tak bergoyang menanti sentuhan

Berat tuk melangkah,
Memulai hari,
Namun semua itu sirna
'Kalian kini ada'

(Teh Uza)

Aku pikir, aku tidak akan mengerti dan merasakan arti persaudaraan, pertemanan, dan kasih sayang dalam satu paket utuh secara langsung. Tapi sekarang, semenjak hari itu ada.. aku menemukan hal baru jauh lebih berarti.. Seperti menemukan sebagian hal-hal yang selama ini aku cari.

Mungkin memang takdir alam yang merencanakan pertemuan kami semua -Akhwat Superman- dengan seorang kaka pedamping -Teh Uza-
Semenjak hari itu dimulai, semenjak awal pertemuan kami yang polos dan tidak mengerti apa-apa akan fungsi dan peran pedamping. Jujur bukan hanya aku saja -mungkin- yang merasakan aneh dan kesal karena aturan-aturan yang dibuat pedamping kami saat pertama itu. Ya wajarlah, kami belum mengerti maksud dari semua yang pedamping lakukan itu semuanya untuk kebaikan kami juga.

Mau tau aturan yang sempat buat aku atau mungkin yg lainnya jengkel?
Ya seperti menjaga "hijab" (apa sih hijab? Apa-apaan ada hijab? Ya jujur seperti itu adanya pikiranku dulu)
Lalu, jaga "ukhuwah" (apasih repot banget jaga ukhuwah? Ya dasar bodoh)
Terus, harus "istiqomah" (ampun deh ya kenapa musti ada istiqomah-istiqomahan sih? Emang siapa sih ko nyuruh-nyuruh dan ngatur-ngatur)
Pakai "jilbabnya" (yaudah sih emang pengen pake kerudung, tapi ga segampang itu pake kerudung)

Itu aslinya gitu loh ya hihihi, aku dulu emang ga ngerti dan ga paham maksud -pedamping- aku ngasih amanat itu untuk apa pikirku dulu (semacam ga ada kerjaan banget ngurusin hidup adik kelasnya) Tapi sekarang, apa yang -pedamping- kami katakan itu adalah segala hal yang dia lakukan demi kebaikan kami juga.

Segala ucapannya, candaannya, perhatiannya, kebaikannya, kesabarannya mungkin belum seberapa dengan apa yang kami berikan selama 1 tahun menjadi adik dampingnya.

Ga sebanding dengan segala kesabaran yang telah Teh Uza lakukan ketika kami begitu sulit diatur.
Dengan segala kebaikannya yang selalu memberi materi dan saran terbaik sebagai kakak kami.
Dengan perhatiannya kepada kami dalam segala hal, sampai hal kecil yang mungkin tanpa kami sadari.
Dengan kasih sayangnya yang menjaga dan merangkul kami selama ini, serta berbeda dari kakak yang lainnya, Teh Uza punya khas tersendiri yang sulit buat kita lupakan.
Dari semua sikap Teh Uza yang sulit diterka dan ditebak seolah membuat kami merasa nyaman.

Beliau bilang "Kalau teteh buat sebuah buku tentang perjalanan hidup teteh nanti, buku itu tidak akan laku kalau didalam buku itu tidak ada cerita selama bersama kalian. Kalian udah jadi bagian penting. Kalian bisa bikin teteh kuat. Jika kelak kita bertemu kita akan bertemu dengan ucapan -Alhamdulillah- dengan senyum lebar dan kesuksesan masing-masing. Terimakasih" ☺☺☺

Banyak kata maaf dari kami selama 1 tahun ini, untuk segala hal yang menyusahkan, menyulitkan, memusingkan, atau bahkan menyakitkan teteh yang sengaja ataupun tidak sengaja.

Banyak kata terimakasih dari kami selama 1 tahun ini dengan segala kesabaran, kebaikan, keikhlasan, kasih sayang, mengajarkan hal-hal yang bermanfaat.

Doa dari kami, semoga Teteh sukses dalam pendidikan, jodoh, keluarga, dan kebahagiaan selalu bersama teteh. Kelak kita akan bertemu bersama-sama lagi Teteh. Dan kami akan buat teteh bangga hingga teteh tersenyum bahagia dan mengucapkan "Alhamdulillah" ketika bertemu kelak. Aamiin☺

Untuk Kaka Kami --- Teh Fairuza
Dari Adik Damping --- Akhwat Superman

Minggu, 26 Mei 2013

Apa Yang Terjadi Kemudian

Aku tak punya kemampuan untuk melihat bagaimana hidup kita lima atau sepuluh tahun mendatang.
Aku berani mengambil resiko, bukan karena aku tak punya pilihan, tapi lebih karena penasaran.

Bagaimana kita jadinya nanti? Setelah melewati banyak perubahan.
Kurus jadi gembrot, sehat jadi sakit, menyenangkan jadi menyebalkan.
Perhatian jadi abai, hangat jadi dingin.

Benarkah cinta hadir untuk waktu tak terbatas,
atau ia seperti makanan kemasan, pada saatnya nanti akan kadaluwarsa.
Jika benar adanya demikian,
Siapa yang lebih dulu menyerah pada hubungan kita, aku atau kamu?

Kadang, selintas aku merasa saat ini aku sedang melawan "diriku" sendiri, melawan segala ego yg mengepul dalam ruang kecil dipikiranku. Aku tau, ego dan diriku adalah satu paket utuh yang sulit untuk diterka dan sulit dipisahkan. Tapi, aku ingin pada "kita" yang akan menjadi satu tidak ada ego untuk hal membodohkan.

Sayang, saat ini jutaan egoku sedang menusuk satu persatu sangat dalam, ini sakit rasanya. Diriku yg menahan ego sendiri untuk tidak membiarkan kita pergi. Sekarang, cinta ada pada kita.

Aku tak punya harap berlebihan, seperti -dia- yang mengharapkanmu jauh lebih dari aku. Aku hanya ingin lebih terhormat. Dengan cara ini, aku jauh lebih bahagia.

Cinta bukan untuk dimiliki atau malah dipaksa dengan segala aturan yg kita buat. Kalau benar adanya begitu, boleh aku menyalahkan hukum alam? Boleh aku perbuat segala janji untuk kamu, untuk kita? Rasanya konyol.

Sekarang cinta kita panas menggebu,
aku penasaran, kapan ia akan membatu.

Selasa, 07 Mei 2013

Dear My Sweeties (Future)

Hallo.
I have my future, they're makes me have my happiness.

Hi! Fidi & Difa, are you okay honey?
Ini ucapan kebahagiaan yang datang dari masa depanmu. Ucapan terimakasih karena hal yang hanya di angan perlahan-lahan mendekat dan semakin nyata, semakin mudah untuk menggapainya.
Terimakasih membuat aku tetap bisa berdiri kokoh, kalian tau bagaimana cara buat aku tersenyum ringan, hingga bahagia mengingat masa depan.

Kalian seperti permen, manis untuk berlama-lama dinikmati. Aku menyukai cara Sang Semesta yang membuat aku menemukan masa depan bersama kalian, membuat semuanya lebih baik dan lancar. Aku pastikan, kebahagiaan kan akan menghampiri kita.

Kalian baik-baik kah disana? Nyaman bersamaku atau bersama yang baru? Jelas kita sudah lebih lama kan? Aku mempunyai kebahagiaan yang nyata jika kalian benar-benar sudah hadir di permukaan bumi.
Sebelum daya akomodasi "Dia" terlumpuhkan kita sudah lebih dulu bahagia bersama kan Dif, Fid? Hihihi.

Senang ya kita bahagia bersama dengan cara kita sendiri? Kelak kita bersama-sama lagi ya? Sekarang kamu baik-baik bersamaku dulu, nanti "your mine" akan kembali pada kalian Difa & Fidi! Percayalah, dan yakin.

Kalian adalah masa depan yang kekal. I'm sure!
Salam Terimakasih.
Dari Masa Depan

Rabu, 24 April 2013

Untuk Yang Tak Terduga

Untuk segala yang tak terduga, tidak ada yang tidak mungkin di dalam bulatnya dunia ini. Bertemu dengan orang yang tidak terduga sekalipun tidak ada yang tidak mungkin. Lalu bagaimana kalau bertemu dengan masalalu yang telah membuat kamu sakit begitu dalam? Apa yang dilakukan manusia? Apakah akan mengelakan pertemuan itu? Atau akan saling berpaling muka? Atau bahkan bisa(?) Entahlah

*****

Pria: “Hai, masih mengenalku?”

Wanita: “Masih. Aku masih mengenalmu sebagai sesuatu yang harus aku hindari.”

Pria: “Tidak bisakah kamu berdamai dengan memaafkan?”

Wanita: “Jika kata maaf hanya akan membawaku pada kesalahan dan kebodohan yang sama untuk apa? Sepertinya tidak.”

Pria: “Dulu aku masih kekanakkan..”

Wanita: “Bukankah sampai sekarang pun masih seperti itu?”

Pria: “…tapi begitu juga kamu. Sekarang, setelah berlama-lama seperti ini rupanya telah mendewasakan kita.. Bagaimana jika kita mencoba kembali?”

Wanita: “Kamu bersikap seolah kamu tidak ingat apa yang terjadi sebelumnya? Ataukah kamu hanya bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa?”

Pria: “…”

Wanita: “Kamu selalu kembali hanya untuk pergi lagi. Tidakkah kamu ingat, aku memintamu untuk jangan pernah datang lagi? Jangan buat lubang yang sama untuk yang kesekian kalinya”

Pria: “Kali ini aku tidak datang untuk pergi. Aku pulang. Aku juga tidak ingin membuat lubang yang sama.”

Wanita: “Dulu, kebohonganmu yang mana yang tidak aku percayai?”

Pria: “Aku tidak pernah berbohong.”

Wanita: “Jika mengatakan aku adalah rumah, lalu pergi dan menganggapku sekedar tempat singgah bukanlah kebohongan, lantas apa disebutnya?”

Pria: “Aku tidak sepicik itu, kamu seperti baru mengenalku hari ini saja.”

Wanita: “Tidak, aku hanya terlalu sering membenarkan kesalahanmu. Iya, aku pernah secinta itu.”

Pria: “Dan sekarang? Apa kita harus seperti ini?"

Wanita: “Aku hanya mencoba tidak jatuh cinta padamu lagi. Aku hanya sedang ingin sendiri. Lalu untuk apa kamu mengajakku kembali?”

Pria: “Kenapa kamu membohongi dirimu sendiri dari sesuatu yang tidak bisa kamu sangkal sama sekali? Aku sedang bingung, dan sempat tak mengerti dengan segala permainan alam. Aku tiba-tiba bisa memikirkanmu, merindukan gelat tawamu. Ketahuilah aku benar-benar menyesal pada saat itu.”

Wanita: “Aku selalu kehilangan seluruh kekuatanku hanya untuk membiarkan kamu pergi. Dan sekarang, aku tidak mau kehilangan semuanya saat kamu pergi lagi. Aku sudah susah payah membangun kekuatanku sendiri tanpa kamu boyong, tanpa tiang yang kokoh.”

Pria: “Aku tidak bermaksud untuk pergi lagi. Aku tidak bermaksud mengiris kekuatanmu saat itu.”

Wanita: “Kamu juga berkata seperti itu dulu.”

Pria: “Jadi, aku sudah tidak memiliki kesempatan lagi? Apa aku harus pergi? Apa sudah ada yang lain?"

Wanita: “Tidak. Tidak ada. Aku hanya bingung menentukan sikapku saat ini. Jangan memusingkanku untuk pertemuan saat ini."

Pria: “Mungkin tidak sekarang. Suatu hari nanti kita akan bertemu lagi, bukan?”

Wanita: “Tidak, untuk seterusnya. Pergilah sejauh-jauhnya. Biarkan aku mencari kebahagiaan yang bukan kamu.”

Pria: “Aku akan selalu pulang pada kamu. Begitupun kamu.”

Wanita: “Aku percaya itu. Selamat tinggal.”

*****

Ada guratan cerita singkat yang ditulis didalam selembar kertas putih bersih. Pertemuan dua manusia yang dipermainkan semesta dan jarak. Pertemuan yang entah bagaimana mengindahkannya.

*****

Kau bilang kau ingin mencoba lagi.
Tapi aku sudah mencoba segalanya untuk masuk.
Mengapa kau ingin menghacurkannya lagi?
Mengapa aku membiarkan kau untuk terus mencoba?
Ketika semua yang hanya bisa kita lakukan adalah mengucapkan "Selamat Tinggal"

Untuk segala yang tak terduga.