Untuk segala yang tak terduga, tidak ada yang tidak mungkin di dalam bulatnya dunia ini. Bertemu dengan orang yang tidak terduga sekalipun tidak ada yang tidak mungkin. Lalu bagaimana kalau bertemu dengan masalalu yang telah membuat kamu sakit begitu dalam? Apa yang dilakukan manusia? Apakah akan mengelakan pertemuan itu? Atau akan saling berpaling muka? Atau bahkan bisa(?) Entahlah
*****
Pria: “Hai, masih mengenalku?”
Wanita: “Masih. Aku masih mengenalmu sebagai sesuatu yang harus aku hindari.”
Pria: “Tidak bisakah kamu berdamai dengan memaafkan?”
Wanita: “Jika kata maaf hanya akan membawaku pada kesalahan dan kebodohan yang sama untuk apa? Sepertinya tidak.”
Pria: “Dulu aku masih kekanakkan..”
Wanita: “Bukankah sampai sekarang pun masih seperti itu?”
Pria: “…tapi begitu juga kamu. Sekarang, setelah berlama-lama seperti ini rupanya telah mendewasakan kita.. Bagaimana jika kita mencoba kembali?”
Wanita: “Kamu bersikap seolah kamu tidak ingat apa yang terjadi sebelumnya? Ataukah kamu hanya bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa?”
Pria: “…”
Wanita: “Kamu selalu kembali hanya untuk pergi lagi. Tidakkah kamu ingat, aku memintamu untuk jangan pernah datang lagi? Jangan buat lubang yang sama untuk yang kesekian kalinya”
Pria: “Kali ini aku tidak datang untuk pergi. Aku pulang. Aku juga tidak ingin membuat lubang yang sama.”
Wanita: “Dulu, kebohonganmu yang mana yang tidak aku percayai?”
Pria: “Aku tidak pernah berbohong.”
Wanita: “Jika mengatakan aku adalah rumah, lalu pergi dan menganggapku sekedar tempat singgah bukanlah kebohongan, lantas apa disebutnya?”
Pria: “Aku tidak sepicik itu, kamu seperti baru mengenalku hari ini saja.”
Wanita: “Tidak, aku hanya terlalu sering membenarkan kesalahanmu. Iya, aku pernah secinta itu.”
Pria: “Dan sekarang? Apa kita harus seperti ini?"
Wanita: “Aku hanya mencoba tidak jatuh cinta padamu lagi. Aku hanya sedang ingin sendiri. Lalu untuk apa kamu mengajakku kembali?”
Pria: “Kenapa kamu membohongi dirimu sendiri dari sesuatu yang tidak bisa kamu sangkal sama sekali? Aku sedang bingung, dan sempat tak mengerti dengan segala permainan alam. Aku tiba-tiba bisa memikirkanmu, merindukan gelat tawamu. Ketahuilah aku benar-benar menyesal pada saat itu.”
Wanita: “Aku selalu kehilangan seluruh kekuatanku hanya untuk membiarkan kamu pergi. Dan sekarang, aku tidak mau kehilangan semuanya saat kamu pergi lagi. Aku sudah susah payah membangun kekuatanku sendiri tanpa kamu boyong, tanpa tiang yang kokoh.”
Pria: “Aku tidak bermaksud untuk pergi lagi. Aku tidak bermaksud mengiris kekuatanmu saat itu.”
Wanita: “Kamu juga berkata seperti itu dulu.”
Pria: “Jadi, aku sudah tidak memiliki kesempatan lagi? Apa aku harus pergi? Apa sudah ada yang lain?"
Wanita: “Tidak. Tidak ada. Aku hanya bingung menentukan sikapku saat ini. Jangan memusingkanku untuk pertemuan saat ini."
Pria: “Mungkin tidak sekarang. Suatu hari nanti kita akan bertemu lagi, bukan?”
Wanita: “Tidak, untuk seterusnya. Pergilah sejauh-jauhnya. Biarkan aku mencari kebahagiaan yang bukan kamu.”
Pria: “Aku akan selalu pulang pada kamu. Begitupun kamu.”
Wanita: “Aku percaya itu. Selamat tinggal.”
*****
Ada guratan cerita singkat yang ditulis didalam selembar kertas putih bersih. Pertemuan dua manusia yang dipermainkan semesta dan jarak. Pertemuan yang entah bagaimana mengindahkannya.
*****
Kau bilang kau ingin mencoba lagi.
Tapi aku sudah mencoba segalanya untuk masuk.
Mengapa kau ingin menghacurkannya lagi?
Mengapa aku membiarkan kau untuk terus mencoba?
Ketika semua yang hanya bisa kita lakukan adalah mengucapkan "Selamat Tinggal"
Untuk segala yang tak terduga.
*****
Pria: “Hai, masih mengenalku?”
Wanita: “Masih. Aku masih mengenalmu sebagai sesuatu yang harus aku hindari.”
Pria: “Tidak bisakah kamu berdamai dengan memaafkan?”
Wanita: “Jika kata maaf hanya akan membawaku pada kesalahan dan kebodohan yang sama untuk apa? Sepertinya tidak.”
Pria: “Dulu aku masih kekanakkan..”
Wanita: “Bukankah sampai sekarang pun masih seperti itu?”
Pria: “…tapi begitu juga kamu. Sekarang, setelah berlama-lama seperti ini rupanya telah mendewasakan kita.. Bagaimana jika kita mencoba kembali?”
Wanita: “Kamu bersikap seolah kamu tidak ingat apa yang terjadi sebelumnya? Ataukah kamu hanya bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa?”
Pria: “…”
Wanita: “Kamu selalu kembali hanya untuk pergi lagi. Tidakkah kamu ingat, aku memintamu untuk jangan pernah datang lagi? Jangan buat lubang yang sama untuk yang kesekian kalinya”
Pria: “Kali ini aku tidak datang untuk pergi. Aku pulang. Aku juga tidak ingin membuat lubang yang sama.”
Wanita: “Dulu, kebohonganmu yang mana yang tidak aku percayai?”
Pria: “Aku tidak pernah berbohong.”
Wanita: “Jika mengatakan aku adalah rumah, lalu pergi dan menganggapku sekedar tempat singgah bukanlah kebohongan, lantas apa disebutnya?”
Pria: “Aku tidak sepicik itu, kamu seperti baru mengenalku hari ini saja.”
Wanita: “Tidak, aku hanya terlalu sering membenarkan kesalahanmu. Iya, aku pernah secinta itu.”
Pria: “Dan sekarang? Apa kita harus seperti ini?"
Wanita: “Aku hanya mencoba tidak jatuh cinta padamu lagi. Aku hanya sedang ingin sendiri. Lalu untuk apa kamu mengajakku kembali?”
Pria: “Kenapa kamu membohongi dirimu sendiri dari sesuatu yang tidak bisa kamu sangkal sama sekali? Aku sedang bingung, dan sempat tak mengerti dengan segala permainan alam. Aku tiba-tiba bisa memikirkanmu, merindukan gelat tawamu. Ketahuilah aku benar-benar menyesal pada saat itu.”
Wanita: “Aku selalu kehilangan seluruh kekuatanku hanya untuk membiarkan kamu pergi. Dan sekarang, aku tidak mau kehilangan semuanya saat kamu pergi lagi. Aku sudah susah payah membangun kekuatanku sendiri tanpa kamu boyong, tanpa tiang yang kokoh.”
Pria: “Aku tidak bermaksud untuk pergi lagi. Aku tidak bermaksud mengiris kekuatanmu saat itu.”
Wanita: “Kamu juga berkata seperti itu dulu.”
Pria: “Jadi, aku sudah tidak memiliki kesempatan lagi? Apa aku harus pergi? Apa sudah ada yang lain?"
Wanita: “Tidak. Tidak ada. Aku hanya bingung menentukan sikapku saat ini. Jangan memusingkanku untuk pertemuan saat ini."
Pria: “Mungkin tidak sekarang. Suatu hari nanti kita akan bertemu lagi, bukan?”
Wanita: “Tidak, untuk seterusnya. Pergilah sejauh-jauhnya. Biarkan aku mencari kebahagiaan yang bukan kamu.”
Pria: “Aku akan selalu pulang pada kamu. Begitupun kamu.”
Wanita: “Aku percaya itu. Selamat tinggal.”
*****
Ada guratan cerita singkat yang ditulis didalam selembar kertas putih bersih. Pertemuan dua manusia yang dipermainkan semesta dan jarak. Pertemuan yang entah bagaimana mengindahkannya.
*****
Kau bilang kau ingin mencoba lagi.
Tapi aku sudah mencoba segalanya untuk masuk.
Mengapa kau ingin menghacurkannya lagi?
Mengapa aku membiarkan kau untuk terus mencoba?
Ketika semua yang hanya bisa kita lakukan adalah mengucapkan "Selamat Tinggal"
Untuk segala yang tak terduga.