Ini untuk kamu.
Kamu, tolong katakan padaku "Kalau kamu membenciku, kamu benci, sangat benci padaku. Dan kamu ingin meninggalkanku, kamu ingin aku pergi dari hidupmu"
Bisakah kamu mengatakannya depanku sebaring menatapku?
Aku ingin mendengar kata-kata tersakit itu, agar aku tersadar dari semua ini. Agar aku sadar, bahwa memang kita telah berbeda, dan agar aku bisa benar-benar pergi sesuai inginmu.
17 Februari kemarin, aku bahagia bisa melihat segala gerak-gerikmu, gesture mu saat melakukan aktifitas, aku rekam dengan baik segalanya saat itu. Seakan aku akan pergi dan tidak akan bertemu lagi denganmu. Aku selalu menatap wajahmu dikala itu.
Dan seketika itu suasana menjadi berbeda. Memang aku yang salah, aku yang begitu salah. Karena dengan kesalahanku, sehingga membuatmu banyak pikiran.
Aku tidak bisa berbuat apa-apa disitu, aku hanya terdiam. Kamu begitu dingin padaku, dan apakah kamu tidak sadar? Saat itu aku sakit menyaksikan kamu begitu dinginnya padaku. Tapi, aku tidak bisa berbuat banyak. Marahpun aku tak kuasa, untuk mengabaikanmu saja aku tak kuasa. Aku hanya terhanyut oleh diamku dan menangkan diriku sendiri, sambil menyebut nama-Nya "istigfar"
Sebenarnya aku menangis saat itu, saat dimobil aku menengok ke arah kaca dan aku sebenarnya mengusap air mataku yang tiba-tiba menetes. Dan, ketika menyuapkan nasi di Rumah Makan itu akupun menangis tapi tidak menetes, karena aku mengumpulkan air mata di kedua kelopak mataku saja.
Kamu sama sekali tidak berkata apapun, dikala diam yang hanya bisa aku lakukan. Maka aku lakukan agar aku tidaklah menambah bebanmu.
Aku menahan segalanya sendiri, lebih baik seperti itu. Karena aku tidak bisa marah depanmu, aku tidak mau menangis lagi depanmu, aku tidak mau selalu menjadi penghancurmu dikala itu.
Tak perlu kau hiraukan kesakitanku, karena aku sadar diri.
Aku sudah sangat bersabar dengan segala skait yang aku rasakan sendiri. Jika kamu ingin pergi menjauhiku, lakukan saja. Maka aku akan mengikhlaskannya. Karena, aku akan merealisasikan apa yang membuatmu bahagia. Termasuk pergi menjauh dari kehidupanmu agar membuatmu bahagia.
Ketahuilah, sudah aku coba berulang-ulang untuk menjauhimu dan melupakan semua ingatan denganmu, karena aku sebenarnya sudah sangat sakit disini. Tetapi sudah kucoba sama sekali tidak berhasil hingga saat inipun masih sama.
Aku tahu, jika ada orang yang mengetahui kisahku mereka akan bilang "aku adalah perempuan terbodoh"
Sudah tersakiti dengan segala tangis di setiap saatnya, tetapi masih tetap bertahan untukmu, apapun yang terjadi tidak ada yang akan berubah padaku, Dzul.
Tak banyak inginku, hanya saja aku ingin kamu berkata jujur padaku. Jika kamu ingin aku pergi katakan saja padaku, jika kamu tidak ingin aku mengganggumu lagi, katakan saja.
Maka, aku akan mengikuti inginmu ini. Agar, kamu berbahagia.
Tangisanku akan mengering dan habis, hanya terus-menerus menangisi orang yang sama selama berbulan-bulan ini.
Bagaimana mungkin aku bisa semudah kamu melupakan segala tentang kita? Sudah ku coba selama berbulan-bulan ini melupakannya tetapi sama sekali tidak berhasil. Dan selama berbulan-bulan ini juga aku sudah begitu merasakan kesakitan yang dalam sangat dalam, sehingga kamu tidak perlau tahu. Cukup aku saja yang pendam sendiri.
Aku hanya ingin berkata "Setiap orang memiliki batas kesabarannya masing-masing, kelak kamu akan melihat ketidaksanggupanku lagi dalam mempertahankanmu. Kesabaranku akan terkikis sedikit demi sedikit. Tetapi sampai saat ini kamu masih mendapat sejuta maklum dariku"
Sejauh apapun aku melangkah untuk pergi melupakanmu, kamu akan tetap dihatiku. Sudah ku tegaskan padamu. Kamu tinggal mencernanya saja.
Tidak pernah bermaksud merusak hubungan kamu dengan perempuan itu sedikitpun, sama sekali. Maka, jika sesuatu terjadi pada hubungan kamu dan penyebabnya adalah aku, aku akan menghukum diriku sendiri karena telah membuatnya sakit.
Jangan ada perempuan lain lagi yang menangis, cukup aku saja sendiri yang menangis dan sakit.
Selamat tanggal 19! :)
Bahagiaku, adalah KAMU.
Kamu, tolong katakan padaku "Kalau kamu membenciku, kamu benci, sangat benci padaku. Dan kamu ingin meninggalkanku, kamu ingin aku pergi dari hidupmu"
Bisakah kamu mengatakannya depanku sebaring menatapku?
Aku ingin mendengar kata-kata tersakit itu, agar aku tersadar dari semua ini. Agar aku sadar, bahwa memang kita telah berbeda, dan agar aku bisa benar-benar pergi sesuai inginmu.
17 Februari kemarin, aku bahagia bisa melihat segala gerak-gerikmu, gesture mu saat melakukan aktifitas, aku rekam dengan baik segalanya saat itu. Seakan aku akan pergi dan tidak akan bertemu lagi denganmu. Aku selalu menatap wajahmu dikala itu.
Dan seketika itu suasana menjadi berbeda. Memang aku yang salah, aku yang begitu salah. Karena dengan kesalahanku, sehingga membuatmu banyak pikiran.
Aku tidak bisa berbuat apa-apa disitu, aku hanya terdiam. Kamu begitu dingin padaku, dan apakah kamu tidak sadar? Saat itu aku sakit menyaksikan kamu begitu dinginnya padaku. Tapi, aku tidak bisa berbuat banyak. Marahpun aku tak kuasa, untuk mengabaikanmu saja aku tak kuasa. Aku hanya terhanyut oleh diamku dan menangkan diriku sendiri, sambil menyebut nama-Nya "istigfar"
Sebenarnya aku menangis saat itu, saat dimobil aku menengok ke arah kaca dan aku sebenarnya mengusap air mataku yang tiba-tiba menetes. Dan, ketika menyuapkan nasi di Rumah Makan itu akupun menangis tapi tidak menetes, karena aku mengumpulkan air mata di kedua kelopak mataku saja.
Kamu sama sekali tidak berkata apapun, dikala diam yang hanya bisa aku lakukan. Maka aku lakukan agar aku tidaklah menambah bebanmu.
Aku menahan segalanya sendiri, lebih baik seperti itu. Karena aku tidak bisa marah depanmu, aku tidak mau menangis lagi depanmu, aku tidak mau selalu menjadi penghancurmu dikala itu.
Tak perlu kau hiraukan kesakitanku, karena aku sadar diri.
Aku sudah sangat bersabar dengan segala skait yang aku rasakan sendiri. Jika kamu ingin pergi menjauhiku, lakukan saja. Maka aku akan mengikhlaskannya. Karena, aku akan merealisasikan apa yang membuatmu bahagia. Termasuk pergi menjauh dari kehidupanmu agar membuatmu bahagia.
Ketahuilah, sudah aku coba berulang-ulang untuk menjauhimu dan melupakan semua ingatan denganmu, karena aku sebenarnya sudah sangat sakit disini. Tetapi sudah kucoba sama sekali tidak berhasil hingga saat inipun masih sama.
Aku tahu, jika ada orang yang mengetahui kisahku mereka akan bilang "aku adalah perempuan terbodoh"
Sudah tersakiti dengan segala tangis di setiap saatnya, tetapi masih tetap bertahan untukmu, apapun yang terjadi tidak ada yang akan berubah padaku, Dzul.
Tak banyak inginku, hanya saja aku ingin kamu berkata jujur padaku. Jika kamu ingin aku pergi katakan saja padaku, jika kamu tidak ingin aku mengganggumu lagi, katakan saja.
Maka, aku akan mengikuti inginmu ini. Agar, kamu berbahagia.
Tangisanku akan mengering dan habis, hanya terus-menerus menangisi orang yang sama selama berbulan-bulan ini.
Bagaimana mungkin aku bisa semudah kamu melupakan segala tentang kita? Sudah ku coba selama berbulan-bulan ini melupakannya tetapi sama sekali tidak berhasil. Dan selama berbulan-bulan ini juga aku sudah begitu merasakan kesakitan yang dalam sangat dalam, sehingga kamu tidak perlau tahu. Cukup aku saja yang pendam sendiri.
Aku hanya ingin berkata "Setiap orang memiliki batas kesabarannya masing-masing, kelak kamu akan melihat ketidaksanggupanku lagi dalam mempertahankanmu. Kesabaranku akan terkikis sedikit demi sedikit. Tetapi sampai saat ini kamu masih mendapat sejuta maklum dariku"
Sejauh apapun aku melangkah untuk pergi melupakanmu, kamu akan tetap dihatiku. Sudah ku tegaskan padamu. Kamu tinggal mencernanya saja.
Tidak pernah bermaksud merusak hubungan kamu dengan perempuan itu sedikitpun, sama sekali. Maka, jika sesuatu terjadi pada hubungan kamu dan penyebabnya adalah aku, aku akan menghukum diriku sendiri karena telah membuatnya sakit.
Jangan ada perempuan lain lagi yang menangis, cukup aku saja sendiri yang menangis dan sakit.
Selamat tanggal 19! :)
Bahagiaku, adalah KAMU.