Senin, 18 Februari 2013

Untukmu, Di Hari Ini

Ini untuk kamu.
Kamu, tolong katakan padaku "Kalau kamu membenciku, kamu benci, sangat benci padaku. Dan kamu ingin meninggalkanku, kamu ingin aku pergi dari hidupmu"
Bisakah kamu mengatakannya depanku sebaring menatapku?
Aku ingin mendengar kata-kata tersakit itu, agar aku tersadar dari semua ini. Agar aku sadar, bahwa memang kita telah berbeda, dan agar aku bisa benar-benar pergi sesuai inginmu.

17 Februari kemarin, aku bahagia bisa melihat segala gerak-gerikmu, gesture mu saat melakukan aktifitas, aku rekam dengan baik segalanya saat itu. Seakan aku akan pergi dan tidak akan bertemu lagi denganmu. Aku selalu menatap wajahmu dikala itu.

Dan seketika itu suasana menjadi berbeda. Memang aku yang salah, aku yang begitu salah. Karena dengan kesalahanku, sehingga membuatmu banyak pikiran.
Aku tidak bisa berbuat apa-apa disitu, aku hanya terdiam. Kamu begitu dingin padaku, dan apakah kamu tidak sadar? Saat itu aku sakit menyaksikan kamu begitu dinginnya padaku. Tapi, aku tidak bisa berbuat banyak. Marahpun aku tak kuasa, untuk mengabaikanmu saja aku tak kuasa. Aku hanya terhanyut oleh diamku dan menangkan diriku sendiri, sambil menyebut nama-Nya "istigfar"

Sebenarnya aku menangis saat itu, saat dimobil aku menengok ke arah kaca dan aku sebenarnya mengusap air mataku yang tiba-tiba menetes. Dan, ketika menyuapkan nasi di Rumah Makan itu akupun menangis tapi tidak menetes, karena aku mengumpulkan air mata di kedua kelopak mataku saja.
Kamu sama sekali tidak berkata apapun, dikala diam yang hanya bisa aku lakukan. Maka aku lakukan agar aku tidaklah menambah bebanmu.
Aku menahan segalanya sendiri, lebih baik seperti itu. Karena aku tidak bisa marah depanmu, aku tidak mau menangis lagi depanmu, aku tidak mau selalu menjadi penghancurmu dikala itu.

Tak perlu kau hiraukan kesakitanku, karena aku sadar diri.
Aku sudah sangat bersabar dengan segala skait yang aku rasakan sendiri. Jika kamu ingin pergi menjauhiku, lakukan saja. Maka aku akan mengikhlaskannya. Karena, aku akan merealisasikan apa yang membuatmu bahagia. Termasuk pergi menjauh dari kehidupanmu agar membuatmu bahagia.

Ketahuilah, sudah aku coba berulang-ulang untuk menjauhimu dan melupakan semua ingatan denganmu, karena aku sebenarnya sudah sangat sakit disini. Tetapi sudah kucoba sama sekali tidak berhasil hingga saat inipun masih sama.
Aku tahu, jika ada orang yang mengetahui kisahku mereka akan bilang "aku adalah perempuan terbodoh"
Sudah tersakiti dengan segala tangis di setiap saatnya, tetapi masih tetap bertahan untukmu, apapun yang terjadi tidak ada yang akan berubah padaku, Dzul.

Tak banyak inginku, hanya saja aku ingin kamu berkata jujur padaku. Jika kamu ingin aku pergi katakan saja padaku, jika kamu tidak ingin aku mengganggumu lagi, katakan saja.
Maka, aku akan mengikuti inginmu ini. Agar, kamu berbahagia.

Tangisanku akan mengering dan habis, hanya terus-menerus menangisi orang yang sama selama berbulan-bulan ini.
Bagaimana mungkin aku bisa semudah kamu melupakan segala tentang kita? Sudah ku coba selama berbulan-bulan ini melupakannya tetapi sama sekali tidak berhasil. Dan selama berbulan-bulan ini juga aku sudah begitu merasakan kesakitan yang dalam sangat dalam, sehingga kamu tidak perlau tahu. Cukup aku saja yang pendam sendiri.

Aku hanya ingin berkata "Setiap orang memiliki batas kesabarannya masing-masing, kelak kamu akan melihat ketidaksanggupanku lagi dalam mempertahankanmu. Kesabaranku akan terkikis sedikit demi sedikit. Tetapi sampai saat ini kamu masih mendapat sejuta maklum dariku"

Sejauh apapun aku melangkah untuk pergi melupakanmu, kamu akan tetap dihatiku. Sudah ku tegaskan padamu. Kamu tinggal mencernanya saja.
Tidak pernah bermaksud merusak hubungan kamu dengan perempuan itu sedikitpun, sama sekali. Maka, jika sesuatu terjadi pada hubungan kamu dan penyebabnya adalah aku, aku akan menghukum diriku sendiri karena telah membuatnya sakit.
Jangan ada perempuan lain lagi yang menangis, cukup aku saja sendiri yang menangis dan sakit.
Selamat tanggal 19! :)
Bahagiaku, adalah KAMU.

Kamis, 14 Februari 2013

Bintang

Selamat pagi!
Kamu tahu semalaman suntuk aku mengerjakan apa? Semalaman aku mengerjakan bintang kertas yang ku buat dengan tanganku sendiri.

Kamu tahu, aku membuka tanggal 14 dengan membuat sebuah tulisan yg khusus dibuat untuk kamu jam 1 malam. Dan menutup tanggal 14 dengan membuat origami bintang ini semalaman hingga larut malam sampai pukul 12 kurang 15.

Bukan, bukan karena aku memaksakan membuat origami kertas ini untukmu, tetapi entah mengapa hati aku yg merasa ingin membuatkan origami bintang ini.

Bukan, bukan aku ingin dipuji atau dibilang baik dan sebagainya. Tetapi ketahuilah, aku melakukan semua ini karena tuntunan hati, bukan ada maksud lain.
Jikapun kamu memandangnya seperti itu, itu urusanmu sendiri. Tetapi aku dengan tegas menyatakan ini hanyalah tuntunan hati aku yg sedang bahagia. Bahagia? Hahahaha bahagia sebab apa? Tidak-tidak, aku memang bahagia, bukan bahagia karena sebab ada seorang yang bisa menggantikanmu, tetapi bahagia karena memiliki orang yang ternyata jauh lebih menyayangiku darimu. Mereka adalah teman-temanku.

Ini tidaklah mahal, tidaklah sebanding dengan apa yang diberikan perempuan yang sekarang ada disampingmu. Aku tahu aku tidaklah berada seperti perempuan itu, akupun hanya bisa memberikan apa yang bisa aku hasilkan dan hasil buah karya dari sepuluh jemariku ini.

Jikapun aku hanya bisa memberikan ini, tolong mengerti dan tahu makna dari origami bintang ini. Ini akan selalu mengingatkanmu padaku, mungkin. Jika suatu saat kamu ada permasalahan yang tidak ingin kamu ceritakan pada siapapun kamu bisa menceritakannya padaku melalui botol ini.
Tutuplah matamu, peluklah botol isi origami bintang ini, tenangkanlah pikiranmu, dan anggaplah ketika itu kamu sedang berada di rerumputan indah dengan menatap langit-langit yang penuh dengan bintang, dan aku akan muncul dalam anganmu itu. Dan jangan kamu pendam sendiri segalanya.
Jika kamu membutuhkanku dan kamu tidak berani mengabariku untuk menyatakannya, tutuplah matamu dan aku akan datang saat itu untukmu.

Kuatkan hatimu, yakinkan kalau aku akan selalu ada jika kamu butuhkan. Aku, orang yang dulu ada di kehidupanmu tidak pernah menutup diri. Jika kamu butuhkan aku akan ada disitu, menemanimu dengan segala ceritamu dan jika aku bisa, aku akan membantumu memberimu solusi.

Aku senang menebus satu persatu kesalahanku selama 3 tahun lalu. Semoga kamu mengerti untuk segala yang aku lakukan ini.
Jangan menyimpulkan yang tidak-tidak, karena aku bukanlah perempuan seperti itu.

Rabu, 13 Februari 2013

Happy Valentine

Hallo Popeye!
Masih ingatkah dengan "sebutan sayang" ini? Aku, Olive yang selalu bawel menyuruhmu untuk makan bayam.
"You're My Popeye, not Superman. You're My Best Protector kedua setelah Papahku."

Pernah dengar kata-kata ini? Coba baca.
"Segala sesuatu yang dihasilkan dan diciptakan sendiri untuk diberikan kepada orang tersayang akan memberikan kesan dan kenangan terkuat dalam memori otaknya."
Dan ini karyaku untuk kamu.

Jika aku menceritakan kisah kita disini bagaimana? Apa kamu mau membacanya? Aku ingin sekali menggilitikmu dengan berbagai kisah kita. Menyediakan ingatan-ingatan apa saja yang bisa kuberi dihari ini, kenangan terbahagia dan terbodoh yang sudah kita lewati. Agar kamu bisa berseri-seri saat mengingatnya.

Begini... Sini mendekatlah. Akan kubisikan segala cerita kita. Dekatkanlah pada ponselmu, aku ingin menceritakan semua tentang kita. Dan bicaralah padaku bahwa, kamu selalu mengingat hal-hal terindah sampai tersulit sekalipun dalam hubungan kita.

Ini hari Valentine. Apa kabarnya kamu di hari ini? Masihkah sehat? Aku rasa kasih sayang bukan hanya untuk ditunjukkan di tanggal 14 Februari saja, bukan? Bukankah setiap harinya sudah aku realisasikan inginmu untuk aku bahagiakan? -dulu-

Bukankah, memang sedari dulu kita tidak pernah merayakan hari valentine? Kita merasa "Buat apa ada Valentine? Setiap harinya buat kita itu adalah hari kasih sayang."

Berdesis dalam hati, "Jika valentine hanya untuk memberi coklat, bunga, dan boneka yang berbentuk hati. Menurutku itu jadul sekali. Ada sesuatu yang baru untuk hari valentine selain itu? Membahagiakan pasangan? Aku rasa, dihari-hari lainpun membahagiakan pasangan pasti sering dilakukan?" Ah sudahlah, seakan terlalu berpikir keras untuk tanggal ini sampai mumet kepalaku hehe.

Teruntuk kamu, yang entah bagaimana kamu sekarang.
Happy Valentine, ini kali ke 4 kita merayakan Valentine.
Biarpun ditahun ini memang berbeda dari tahun sebelumnya. Kamupun tahu jawabannya, mengapa? Tak perlu aku sebutkan, karena kita sudah saling menyadari sendiri, benarkan?

Rupanya, tidak banyak yang bisa aku bahas tentang valentine. Karena bahasanku tentang ini sangatlah minim sekali. Karena memang, setiap hari valentine untuk setiap tahunnya sejak bersama kamu itu.... Bukanlah hari yang istimewa atau dibuat berlebihan. "Karena, kenangan kita tidak hanya terdapat pada satu tanggal indah saja. Melainkan, kenangan kita tertumpuk di setiap detik, menit, jam, hari, dan seterusnya."

Maafkan, karena aku belum bisa memberimu kesan terindah di hari Valentine sedari dulu.
Maafkan aku, yang belum sepenuhnya membahagiakan kamu.
Karena, aku tidak mau mengecewakanmu untuk kesekian kalinya. Maka, aku kirimkan kosakata tulisanku ini untuk kamu.

Romantisku seperti ini, romantisku bukan seperti perempuan lain yang membelikan suatu barang untuk orang yang dia sayang. Tetapi, ketahuilah. Jangan melihat sesuatu dari berapa harganya, tetapi bagaimana usahanya serta makna dari hadiahku ini.
Bagaimana? Setujukan?

Aku sakit menulis kosakata ini untukmu. Karena, kosakata ini adalah tebusanku atas kesalahan saat 3 tahun lalu bersamamu. Menebus segala kekuranganku dalam membahagiakanmu. Ini hal kecil yang bisa kuberi untukmu di hari Valentine tahun ini.
Jika, kelak. Semesta mengizinkan kita untuk bertemu lagi di Valentine tahun selanjutnya, semoga keadaan kita sudah lebih baik dari ini.

Sekali lagi.
Selamat Hari Valentine, Popeye!
Jangan lupa jaga selalu kesehatanmu, jangan lupa makan bayam agar kamu tetap menjadi penyelamatku dalam keadaan terburukku, nanti.
Semoga selalu berbahagia, Kita.

Selasa, 12 Februari 2013

Ibu, Maafkan

Teruntuk seorang perempuan yang berharga.
Ini untukmu, dari anakmu.

Sejuta kata maaf anakmu sampaikan, karena telah begitu mengecewakan dan menyakitimu secara terus menerus.
Karena telah merepotkanmu dengan segala kebodohanku, dengan segala keluh kesahku, mendengarkanku setiap harinya menangis.

Teruntukmu, seorang perempuan yang berhati mulia.
Maaf, karena anakmu yang satu ini selalu membuatmu meneteskan air mata.
Maaf, karena dosaku telah membuatmu mengeluarkan permata terindah yang tidak sepantasnya ku lihat, air matamu.
Maaf, hingga kamu mengeluarkan kata-kata "bahwa kamu kecewa padaku."
Sungguh sakit mendengarmu mengeluarkan kata-kata itu, tetapi aku sadar dengan segala kesalahan yang telah membuatmu kecewa untuk yang kesekian kalinya hingga usiaku belasan tahun seperti ini.

Tidak kah anakmu ini telah memalukanmu dengan kelakuannya? Maaf, menambah beban pikiranmu dengan segala sikapku beberapa bulan terakhir ini. Hingga kamu selalu menjadi tempat tangisku disaat ku sudah sesak dengan kesakitan yang kejam ini.

Tetapi satu janjiku, kelak aku akan membahagiakanmu. Aku akan merealisasikan segala inginmu kelak, merawatmu saat kamu sudah tidak bisa beraktifitas, memaklumimu saat kamu sudah menjadi kekanak-kanakan kembali.
Aku akan membahagiakanmu, dan memaklumimu, serta menjagamu dengan penuh kesabaran.

Terimakasih atas segala maaf yang selalu kau panjatkan kepada-Nya di setiap doamu untukku. Aku, yang selalu membuatmu kecewa dan menangis.
Seharusnya, aku bisa menahan segala bebanku sendiri. Tapi mohon memaklumiku, ibu.... Aku tidaklah bisa menampung segala bebanku sendiri tanpa menceritakannya padamu. Karena, denganmulah aku bisa merasa begitu lebih tenang dalam peluk hangatmu.

Aku menyayangimu, dengan lebih dari sekedar kata-kata yang bisa aku tuliskan kepadamu.
Aku menyayangimu, melebihi apapun yang aku kenal didunia ini.
Karena, kamu adalah surgaku masa depan yang kekal.
Maka, aku akan menghukum diriku sendiri karena telah membuatmu meneteskan intan permata itu karena menangisiku.
Maafkan aku, anakmu.

Senin, 11 Februari 2013

Ketidak Sanggupan

Banyak ketidak sanggupan ku.
Mohon dimaklumi Tuhan, aku hanya hambamu yang selalu mengeluh.
Ketidak sanggupanku dalam menahan sakit yang amat dalam. Sakit mengingat disaat orang yang kita beri kepercayaan begitu besar menghancurkannya sedemikian mudahnya, dalam waktu yang singkat.

Tidak kah dia berpikir ketika itu bagaimana perasaanku? Mungkin sebelumnya pun aku sudah tidak dia perdulikan lagi. Karena, aku hanyalah perempuan yang telah lama dihidupnya. Bahkan sangat lama.

Sudah kuduga, aku akan mengalami hal seperti ini.
Ada seorang temanku berkata, "Ini adalah pukulan hebat untukmu, agar kamu tidak terpaku pada satu orang. Dan... Jika pada akhirnya kalian tidak di persatukan sebagai jodoh, kamu tidak akan merasa begitu sakit. Karena sebelumnya, kamu telah mengalami hal yang sama. Ini adalah cara-Nya untuk mendewasakanmu. Memberimu pelajaran, bahwa semua orang yang ada disampingmu pada akhirnya akan meninggalkanmu. Karena mereka tidak kekal."

Memang benar, mungkin dengan seperti ini kita bisa menyadari arti kehdiran sosok orang yang begitu berarti.
Ketidak sanggupanku, untuk menahan tangis ketika mengingat hari itu. Dimana kamu bisa secepat kilat melupakan dan menghapusku dihatimu. Betapa tidak sadarkah kamu? Siapa yang sudah kau buat menangis ini? Aku, perempuan yang mencoba mempertahankanmu dalam kondisi apapun kamu. Dengan jarak yang tidak bersahabat. Aku selalu mencoba menjadi apa yang kamu inginkan, sampai saat itu.

Tetapi, kamu hancurkan segalanya. Kamu tidak bisa menerima segala yang ku lakukan untuk tetap membuatmu nyaman disini.
Aku, memang tidaklah cantik. Tetapi bukankah pada akhirnya semua jg akan sama? Mengalami tua dan keriput.
Aku, memang tidaklah berada. Tetapi aku akan buktikan, kelak aku akan menjadi seorang yg sukses, sebagai perempuan yg dulu kamu campakan.
Aku, memang tidak seperti orang yang kamu inginkan.
Tetapi, jika kamu meninggalkanku karena sebab itu, maka aku akan menjawab dengan tenang, "Aku memang tidak cantik, tidaklah berada, tetapi aku bisa membuatmu bahagia dengan caraku yang sederhana. Ketahuilah, bahwa hatiku menyimpan sejuta kebahagiaan untukmu. Bukan dari fisik ataupun materi. Karena, pada akhirnya fisik dana materi akan hilang dan hanyut tertelan usia. Tetapi hati? Tidak, sampai kapanpun hati akan tetap pada pilihannya dan merealisasikan segalanya."

Ketidak sanggupanku banyak.
Aku lelah dengan tangis selama ini yang sering aku keluarkan saat meminta kepada-Nya untuk memberikanmu kebahagiaan disetiap langkahmu.
Kamu tak perlu tahu, aku selalu mendoakan mu disetiap shalatku, tak perlu kau pedulikan aku.
Aku hanyalah masalalumu, dan aku sadar itu.
Tapi tidakah kamu bisa melihat, bagaimana masalalumu ini tetap berdiri tegar untukmu. Menyambutmu dengan senyum sebagai kedok dari kerapuhannya?
Kamu, yang telah menyuruhku pergi. Dan jika suatu saat aku benar-benar pergi. Jangan sesali semua keputusanmu dulu.
Karena, pada akhirnya kamu akan menyadari bahwa akulah perempuan yang kamu sia-siakan. Dengan segala keteledoranmu, aku dengan berbesar hati memaafkan.
Dan.... Kamu akan memintaku kembali, dan setelah itu kita berbahagia.

Minggu, 10 Februari 2013

Selamat Pagi, Senin

Selamat Pagi, kamu.
Terimakasih untuk tetap memberikanku kosakata terindah di setiap harinya.
Terimakasih ya.

Memang benar, kamu begitu baik.
Bukan aku tidak ingin memulai denganmu, tetapi apakah aku tidak terlalu jahat memaksakan hati?
Kamu, sudah sangat baik. Mungkin lebih lebih baik dari yang aku pikirkan. Justru, karena kebaikanmu lah yang membuatku merasa malu sekali. Dan tidak berani untuk memulai langkah berdua bersamamu. Entah, ketakutanku yang selalu berngaung ini membisikan. "Jika aku mendampingimu, mungkin entah aku akan menyakitimu atau bahkan sebaliknya. Karena bukankah cinta yang terpaksa tidak akan baik pada akhirnya?"

Bukan salahmu sepenuhnya, ini salahku. Aku belum bisa membohongi diriku sendiri. Aku tetap bertahan pada seseorang yang tidak mempertahankanku balik. Biar, tidak apa-apa.
Biarpun, orang mengatakan:
"Bukannya cinta akan datang dan tumbuh dengan sendiinya jika telah terbiasa." Tetapi tidak begitu denganku. Untukku kamu terlalu baik jika harus menerimamu terlebih dahulu datang di kehidupanku, dan menunggu hingga cinta muncul. Bukannya itu jahat? Membohongi perasaan sendiri, memberikan harapan kosong padamu? Tidak, aku tidak ingin orang sebaik kamu dikecewakan olehku

Terimakasih, kamu.
Tetaplah berada disampingku, menjadi teman terbaik dan memotivasiku dengan kosakata indahmu.
Kamu tau, aku nyaman denganmu. Sebagai teman. Tetapi, mungkin aku memang bodoh melewatkanmu.
Jika saja kelak kamu mendapatkan sosok perempuan yang lebih pantas untukmu, perempuan itu pastilah sangat beruntung. Mendapatkan pria yang baik sangat baik sepertimu.

Mungkin, aku bukan orang yang tepat untukmu.
Aku bahagia bisa merasakan kasih sayang dari orang yang begitu baik sepertimu.

-Salam Pagi-

Penanda Kita

Ingatkah kamu, kapan kita bertukar hati?
Pertukaran yang tidak pernah diketahui kapan akan kita kembalikan. Aku tidak pernah melupakan kapan, pun aku mengharapkan kamu untuk tidak melupakannya.
Mungkin memang benar, sebenernya tidak ada gunanya mengingat awal, seperti tidak ada gunanya menebak akhir.

Sekarang, kita sedang bertarung dengan jarak yang sulit untuk ditempuh, juga waktu yang lebih lambat dari biasanya. Kelak, kemanangan kita akan dihadiahi ikatan yang utuh, membayar segala apa-apa yang kita telah korbankan.

Kamu,
Aku ingin memberitahumu sesuatu, sebuah rahasia yang ku tinggalkan di balik senyumku ini.
Kemarilah, mendekatlah pada cerminmu. Lihatlah baik-baik apa yang menonjol di wajahmu.
Tersenyumlah, saat kamu melihat hidungmu, tersenyum pulalah, saat kamu kamu melihat kedua bola matamu, tersenyum lagilah, bersama dengan kedua bibirmu yang tebal itu.

Di sebelah kanan hidungmu ada tai lalat, bukan? Itu aku yang melakukannya. Serta, dikedua belah pipimu ada lesung pipi, bukan? Itu juga aku yang melakukannya.
Aku yang memberimu tanda, supaya kamu mudah dikenali. Dalam kondisi terburuk apapun, aku lupa akan sosokmu atas kebiadaban dua hal, yaitu jarak dan waktu.

Tidak hanya kamu, akupun melakukannya juga untuk diriku sendiri. Aku memberi tanda yang sama, diposisi yang berbeda di sebelah kiri lebih bawah darimu, tepatnya dekat gaduku, tetapi dengan ukuran yang lebih kecil darimu. Serta lesung pipi disebelah kananku. Supaya kamu mudah mengenaliku, dalam kondisi terburuk apapun atas kebiadaban dua hal yang sama.

Sekarang, kamu sudah tahu bukan?

Sekarang aku katakan pada dunia, jika saja terjadi hal yang jauh lebih buruk. Aku dan kamu tidak mampu untuk saling mengenali. Biarlah dunia yang mempertemukan dan menyatukan kita. Kelak.

Karena, Perubahan Membawamu Terkikis DiSini.

Bukankah setiap orang menginginkan perubahan? Ya, maksudku perubahan ke arah lebih positif.
Tidak-tidak, aku tidak bisa menyimpulkan apakah ini perubahan positifnya atau bahkan negatif.
Aku mengenal sosok "Dia". Anggap saja nama seseorang itu begitu.

Entah apa yang membuat ku tersentak sedemikian hebat, Dia yang dulu aku kenal tidak seperti sekarang. Dia yang dulu sangat apa adanya. Dia tidak pandai berbusana, Dia pula tidak pandai dalam bertutur kata kepada wanita, Dia tidak mengenal bagaimana kehidupan malam.

Tetapi, sekarang semuanya terhapus kata "tidak, tidak, dan tidak" sudah tak ada.
Sekarang semua berkebalikan. Aku rasa, banyak perubahan Dia, tetapi sedikit yang tidak ku sukai.

Aku tidak mengenal sosoknya yang dulu, untuk sekarang aku melihat sosok yang kehidupannya di atas langit.
Tidak, aku rasa begitu jauh rupanya aku memandang, jika dia langit dan saya daratan, bukankah itu sangat jauh berbeda?
Saya menghindar, saya jelas tidak sebanding kalau begitu. Saya tidak melihat sosok yang dulu yang begitu polos dan sangat apa adanya.

Jikapun, ini adalah inginnya dan dia senang. Itu hak-nya.
Tetapi perubahan tidak hanya membuat seseorang menjadi lebih baik lagi kan? Bisa jadi membuat seseorang menjadi jauh lebih buruk.

"Aku menyukai perubahan, tetapi ke arah yang membawamu lebih baik. Aku merindukan kamu yang dulu, karena dengan apa adanya kamu dulu. Kamu menjadi benar-benar dirimu sendiri disitu. Jangan terkalahkan oleh gengsi, karena gengsi adalah racun terhebat."

Semoga kamu mencerna kata-kataku.

Penguat-Ku

Tuhan...
Mungkin Kau mengerti, betapa wanita yang di hadapan-Mu ini terlihat tangguh diluarnya. Tetapi, Kau tahu, itu hanya cangkang penutup kerapuhan yang ada di dalamnya.
Jika ada kondisi terburuk dalam hidup aku selama ini, jawabannya adalah "saat ini merupakan kondisi terburuk saya"

Tuhan....
Engkau tahu, sudah berapa bibit hati yg tersakiti.
Tolong, usap hati ini. Dan rasakan kerasnya hati ini. Hati yg selalu berusaha kuat. Wanita yang di hadapan-Mu ini selalu menjadikan dirinya bak Superman, merasa kuat dengan segala timpaan cobaan yg silih berganti, tetapi dengan orang yang sama.
Apa mau dikata? Demi kebahagiaan oranglain saja, aku rela bersakit-sakitan seperti ini. Dengan linangnya air mata yg deras. Tapi mau dikata apa lagi? Sudah sakit, tertimpa tangga pula. Bisa perbuat apa lagi aku?

Tuhan...
Aku tahu, cara-Mu yg Kau buat sulit ini, untuk mambantuku dalam proses pendewasaanku. Tapi, mengapa harus sesakit ini?
Biarpun proses pendewasaan itu tidak mudah, tetapi tolong jangan sesakit ini.
Kau selalu melihat ketika shalatku, ku teteskan airmata.
Kau selalu mendengar ketika shalatku, ku mengeluh dan menceritakan kisahku pada-Mu.
Kau selalu mengetahui ketika shalatku, dalam hatiku ku berteriak "Aku ingin keluar dari jeruji kesakitan ini"

Teruntuk-Mu Penguatku,
Maafkan aku, hamba-Mu yang selalu mengeluh.
Maafkan aku, hamba-Mu yang tak pandai bersyukur.
Tapi ketahuilah, aku berterimakasih Engkau beriku cobaan seperti ini. Kau jadikan aku wanita yang lebih baik lagi. Biarpun sakit sekali rasanya. Aku juga sampai tak tahan rasanya.

Dia pernah bertanya padaku sedari dulu, "Kapan aku akan menjadi wanita yang tidak gampang terbawa suasana marah?"
Pertanyaanmu dan pintamu dulu, baru terjawab dan baru ku realisasikan sekarang. Kamu tak perlu tahu bagaimana aku bisa, "Karena dengan sakit manusia bisa lebih berproses dalam mengubah kekurangannya."

Penguatku.
"Terimakasih banyak, mungkin memang benar kesabaranlah yang akan membuahkan hasil yang indah."
Aku hanya sedang menunggu, hingga kapan kesabaranku ini akan Kau hadiahi dengan kebahagiaan 2x lipat dari sebelumnya.

Tentangmu Yang Tak Pernah Surut Dari Pikiranku

Ini tentangmu, iya kamu.
Kamu yang tak pernah surut dari pikiranku selama ini.
Sampai saat ini, tidak ada ingatan-ingatan terindah selain ingatan-ingatan bersamamu, tertawa denganmu, tersenyum, mengecup rasanya pahit manis kehidupan.

Masih ingat jelas, dipikiranku tentang segala kebiasaanmu.

Kamu,
Selalu ingin aku temani jika bermain futsal/bola. Aku yang sabar menantimu dalam kurang lebih 1 jam itu duduk manis menunggu kamu yang bermain di lapangan. Sambil ku sempatkan untuk membelikanmu sebotol minuman, agar pada saat kondisi kelelahanpun, kamu akan nampak bahagia dengan segala perhatian kecilku itu.

Ah, kamu yang selalu terbiasa memegang telinga orang lain. Sampai-sampai telingku saya sering kau pegang, dan menjadi kebiasanmu. "Ah, ada antingnya." Begitu manjanya, ya Kamu.

Kamu,
Selalu ingin aku masakan makanan kesukaanmu. Mungkin semacam nasi goreng atau pasta. Aku pernah bercerita kepadamu, bahwa aku begitu ingin bisa memasak steak, jelas itu kesukaanmu sekali, bukan? Apalagi jika pasangan minumnya Milkshake Vanila Oreo. Itu benar-benar makanan favorite-mu! Hihi
Atau bahkan sebaliknya, aku yang memintamu untuk memasakkan ku nasi goreng pedas, kesukaanku. Dengan khasnya masakanmu, yang diatas makanannya kau hiasi dengan membentuk sebuah wajah. Lengkap dengan segala bagian-bagiannya mata, hidung, bibir, teling, serta rambut hahahaha.
Aku tertawa bahagia dengan segala keromantisan kamu seketika itu, cara menghidangkan makanannya pun kau buat aku bak seperti tuan putri.

Masih ingat jelas, bagaimana kompaknya kita ketika memasak didapur. Bagaimana romantisnya kamu dengan segala caramu itu. Kamu selalu memelukku erat, menyemangatiku dalam pelukan itu. Menggodaku dengan canda dan tawa. Selalu seperti itu.

Bagaimana lagi manjanya kamu??? Ah, terlalu manjanya kamu hingga aku saja sering nge-hang untuk mengingatnya. Haha

Ingat ga? Kamu selalu memintaku menyuapimu, baik itu dengan sendok ataupun dengan kedua tanganku sekalipun. Dan kamu? Malah asyik bermain Play Station saat itu. Hiiiih, bagaimana manjanya kamu ya haha.

Kamu selalu bisa membuat aku jatuh hati untuk yang kesekian kalinya saat itu, secara terus dan terus dengan keromantisan ala kita.
Bukankah kamu bukan tipe orang romantis? Tapi entahlah, apapun yang kamu lakukan, sedikit saja bagiku itu adalah cara keromantisanmu yang berbeda dari lelaki biasanya.

Apa kamu sama denganku? Tidak pernah surut untuk melupakan segala kesenangan, dan kebiasaanku selama bersamamu selama ini? Ah, baiklah. Aku takut terlalu sakit untuk mendengar jika kamu tidak ingat.
Aku harap kamu jawab saja dalam hati sambil tersenyum, karena dibalik goresan senyummu, aku sudah bisa membaca apa jawabanmu atas pertanyaanku diatas.

Teruntuk kamu. My Cat! Manja.

Sabtu, 09 Februari 2013

Selamat Pagi.

Selamat pagi, cuaca kali ini begitu bersahabat rupanya.
Semesta seakan membiarkan saya untuk menikmati minggu ini. Ohiya, bagaimana minggu pagimu? Semoga kamu cukup hangat disana. Aku tau. Kamu membaca blog-ku ini (mungkin).

Ohiya, kemarin tanpa sengaja saat ada acara di salah satu mall itu aku melihatmu. Kamu gagah ya? Menggunakan jacketmu itu. Ah, kita hanya saling pandang dari jauh saja. Tanpa ada keberanian untuk saling menyapa secara dekat. Padahal kita satu kelas ditempat les, dan setiap minggunya saya ketemu kamu serta disetiap harinya saya bertemu kamu di sekolah. Kamu, sangat cerdas rupanya. Kata teman-teman sekelasmu sih begitu. Kamu sangat aktif, peringkatmu teratas ya dikelas? Hebat! Ya, aku jg merasakannya saat satu kelas ditempat les denganmu. I can't describe, How perfect you're?

Hey, bagaimana bisa kita awali semua agar lebih akrab? Ah tidak tidak. Lebih baik jangan, karena saya akan merasa jatuh seketika jika itu dimulai. Sering sekali kita jackpot, tapi saling bungkam. Entah apa yg ada pada dirimu, kamu begitu membuat seketika mataku tak mau lenyap untuk memandang.
Aku harap, pesanku ini kamu baca. Karena aku tau. Kamu seorang pengkritik yg hebat, jika ada kesalahan pastilah kamu akan segera mengkritiknya.

Inspired Me

Hay, pernah dengar kata-kata ini:
"Bagaimanapun, seorang pria yg berjiwa besar, sekalipun telah tersakiti hatinya. Dia akan tetap memaafkan kesalahan perempuannya dengan tenang, serta mengikhlaskan apa yg menjadi kebahagian perempuannya itu. Dan jika mereka berpisah, dan semesta suatu hari mempertemukannya. Pria itu akan menyapa perempuannya dulu."

Iya, kemarin. Saya mendapatkan inspirasi dari seorang lelaki. Entah, saya tidak begitu dekat. Tapi saya mengenalnya, jika dikatakan... Dia seseorang yg pernah ada dikehidupan "Teman" saya dulu. Iya, bisa dibilang mantannya. Ya begitulah.

Singkat ceritanya, mereka telah berpisah beberapa bulan yang lalu. Memang benar, si perempuan ini telah memiliki kekasih. Dan setelah hubungan mereka berakhir, diantara mereka sudah tidak terjalin komunikasi. Tetapi, satu kata yg diingat dari pria itu kepada perempuannya bahwa, "Aku tidak akan mencari yg lebih baik dari kamu. Aku akan menunggu kamu sampai nanti." -yg lalu-

Tapi bagaimana bisa menyangka, mereka bertemu. Awalnya mungkin pria itu tidak menyadari kehadiran sang perempuannya yg dulu itu. Tetapi, karena terasyikan oleh suasana seru di salah satu tempat bersama teman-temannya. Si perempuanpun tidak menyadari, bahwa ada sosok pria -dimasa lalunya- yang memperhatikan gerak-geriknya. Sesaat, tiba2 pria itu menghilang, dan seketika... Dari arah belakang perempuan itu ada sesorang yg menepuk bahu si perempuan itu sambil memanggil namanya hingga berkali-kali. Seketika si perempuan tidak menyangka, bungkam dan bahagia. Ternyata pria itu masih berbesar hati, tetap mengingatnya dan tidak menghindar saat bertemu tak sengaja. Malah menyapanya dengan tenang dan begitu akrab. Seperti tidak pernah merasakan sakit dulu waktu perpisahan diantara mereka terjadi.
Menurutmu bagaimana? "Seorang pria yg berbesar hati, akan tetap membiarkan perempuannya berbahagia dengan pengorbanan yg tidak mudah. Karena, kasih sayang dari pria itulah yg mampu menguatkannya. Dan meluluh lantahkan si perempuan seketika dengan kebaikannya."

Bagaimanapun, mungkin kata si pria itu "Kamu sudah berbahagia dengan kekasihmu sekarang, apapun yg membuatmu bahagia. Akan aku berikan dan aku akan ikhlas."

Benarkan? Pria ini bebesar hati? Apapun, dan bagaimanapun keadaan perempuannya dulu itu sekarang, dia tetap dengan tenang dan tetap memberi senyum pada si perempuan.

Someone, have inspired me. Now, thanks to Allah SWT

Jumat, 08 Februari 2013

Say Hallo, Pada Semua Ingatan

Namaku Hardiyanti.
Hari ini, aku akan menceritakanmu sedikit kisah fiksiku, atau bahkan bisa jadi nyata? Entahlah.

Pernah ada seorang pria tidak dibawah derasnya hujan, dia terlindungi oleh atap rumahku. Aku ingin sekali menggodamu, masuk ke dalam dirimu, mencari kenangan apa yang bisa kusajikan untukmu hari itu.

Sejenak di pikiranku, aku ingin mengganggunya dengan memutarkan adegan paling membahagiakan dalam hidupnya. Hujan adalah kesedihan, terkadang hanya itu yang diingat (sebagian) manusia. Kamu tahu, saat aku merasuk ke dalam dirimu, aku melihat matanya yang penuh tatapan kosong. Mataku yg menahan air mata dari mata air luka. Aku larut di situ, tergoda menelusuri ingatan-ingatan manis saat itu bersamamu.

Ada banyak kehilangan di hidupku. Sesungguhnya, hatimu menyimpan banyak nama. Namun ketika hatimu memanggil, yang bergaung hanyalah Aku. Kamu ingin didengarkan bukan sekadar didengar, Kamu ingin dipeluk bukan sekadar memeluk.

Ah ya, ada kalanya hidup disapa segala sedih. Perjuangan sepenuh hati yang terpaksa tak menghasilkan tujuan. Harapan-harapan yang dipatahkan di tengah jalan. Seolah dunia adalah kerumunan besar penuh lubang yang selalu berniat menjatuhkan dan semua yang dilakukan adalah kesalahan.

Di tepi ingatanku, ada sebaris kalimat yang tak pernah ku ucapkan, “Bagaimana kamu memahami kesedihanku?” Mungkin didiamkan menunggu bibir ini berkata.

Bagaimana agar sesuatu yang hanya bisa dirasa dapat dipahami dengan baik? Bahkan tingkat pemahaman saja terkadang berbeda satu dengan yang lain.

Kamu tahu, waktu itu aku tak kuasa menjatuhkan setitik air mataku (mungkin kalau hujan menangkap basah diriku, dia akan menertawakanku). Kaupun ikut menangis disitu, kau tahu benar bahwa belum ada org lain selain aku yg mengetahui segala kebiasaanmu. Kubawa sedikit aroma hanyut, sedikit kesejukan, sedikit kesegaran. Kuhangatkan dirimu dengan memutar badan dan memutar salah satu ingatan terindah kita. Memeluk hatiku semampu dan selama yang kamu bisa. Membisikkanku, "bahwa semua akan kembali baik-baik saja." Sebab kesedihan –sama seperti aku– akan berlalu, tak kekal. Sebab hujan mengenal pelangi dan akan berhenti. Sesudah kesulitan akan ada kemudahan.

Kitapun berhenti, berhenti untuk meneteskan airmata. Kau melangkah pergi, sebaring tangis dimatamu yg berlinang yg kau coba tahan untuk tidak keluar. Dihadapamu ada aku. Coba saling menguatkan dan memeluk hati satu sama lain, memeluk rasanya itu terakhir pertemuan kita. Ada sedikit senyum dan harapan baru di hatiku (aku percaya pada hatimu, hatimu menyimpan banyak kebaikan sebanyak doa diam-diam yang diucapkan untuk orang-orang kau sayangi).

Meski sedih itu tak terelakkan, aku tak mau menambah kesedihanmu. Aku tak mau merasakan diam yang berkepanjangan, karena diam dan kesedihan, sulit diterjemahkan. Namun sesulit apapun itu, aku akan selalu berusaha menghapus kesedihanmu, memelukmu, membawa kesedihanmu pergi.

Namaku Hardiyanti. Aku tak bisa kamu lihat namun aku terasa dan dapat merasa (yang tak terlihat memang tidak akan dilihat, tapi yang tidak terlihat terkadang dapat memahami dengan lebih baik). Semoga kamu mengingatku. Aku ada di setiap hujanmu. Jika nanti kita bertemu, mari bersama-sama merayakan kegembiraan dan tawa. Simpan payungmu dan menarilah bersamaku di bawah hujan.

Kamis, 07 Februari 2013

B.J. Habibie Untuk Ibu Hasri Ainun

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,
dan kematian adalah sesuatu yang pasti,
dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,
adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.

Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,
pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada,
aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.

Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.
mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
selamat jalan sayang,
cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
selamat jalan,
calon bidadari surgaku …

BJ.HABIBIE

Warmest regards,
"Satu diantara perempuan Indonesia yang ingin seperti Ibu Hasri Ainun Habibie."

Malam...

Malam.
Bagaimana kalo aku mengawali tulisan ini dengan ekspresi kesal? Pastinya buruk sekali.
Aku tidak kesal, tidak marah, tidak benci, tapi sedih. Sedikit kecewa mungkin. Tapi sudahlah, itu memang kesalahanku sendiri bukan?

Maaf ya, terlalu sening rupanya membuatmu kerepotan dalam mengikuti semua inginku. Maaf, aku jg tidak bisa menghargai kamu yang lagi sakit. Ohya, cepat sembuh ya kamu. Karena kalau kamu sakit, tidak banyak yg bisa kulakukan selain berdoa, disini.

"Sedikit kecewaku, tapi banyak yang menjadi pikiranku." Nah, ini perasaan yang malam ini benar-benar dirasakan.
Sekarang, kamu sudah tau. Begitu bodohnya orang yang kamu kenal ini, sampai melakukan hal yg sangat-sangat bodoh dan... Useless. Benarkan? Semoga kamu mengerti. Dan ketika kamu buka mata pagi hari, kamu akan dapat begitu banyak kosakata cinta yang indah, dariku.
Aku hanya tidak ingin mebuatmu larut dalam kesedihanku malam ini.

Maka dari itu, aku akan bersabar. Hingga entah kapan puncak kesabaranku akan menghadiahkanku sebuah kebahagiaan yg kekal.
Berbahagialan, kita. Kelak :) Amin.

Terbiasa atau Menjadi Kebiasaan



Hay, apa yang harus ku tulis untuk mengawali ini?
Ah, kata sapa? Itu sudah terlalu sering rupanya. Pasti kamu malas mendengar kata sapa terus dan terus.

Mungkin entah ini terbiasa atau bakan menjadi kebiasaan.
Kamu selalu melakukan hal yang kamu sukai, malah menggodaku dan mengenang cerita lucu tentang kita. Begitulah kita. Ingat dulu pertama kali kita jadian? Aku sungguh asyik dengan perasaanku  saat itu.

Aku menutup matamu dengan kedua tanganku, menemani harimu dengan kehangatan, memelukmu erat hingga kamupun terbuai. Akanku. Ini adalah wanita yang kamu kenalkan pada kedua orangtuamu pada saat itu. Yang menemani kamu serta ibumu setiap waktu. Yang juga memelukmu tapi penuh kelembutan. Wanita yang entah akan menjadi pendampingmu atau tidak, selamanya.

Maaf, aku begitu jahat memaksakan antara kamu dan jarak untuk selalu dekat. Jujur, aku tidak pernah menyuruhmu untuk langsung memilihku. Permainanku tidak segampang itu, aku membuatmu terbuai berlama-lama dengan kehadiranku. Menyuntikmu dengan berbagai kisah sang putri dan sang pangeran. Membiusmu dengan senyum dan tawa. Lalu membuatmu tidak berkutik, meluluh latahkan benteng hatimu. Sehingga kamu tidak mempunyai pilihan lain.

Maafkan aku ya.
Maafkan aku atas kesenanganku untuk mencintaimu. Aku hanya ingin bilang
“Aku menikmati bahagia dan sakit, aku menikmati prosesnya. Aku menikmati sakit yang aku rasakan karena begitu berani mencintai seseorang dengan begitu bahagia.”

Tidak ada yang pernah begitu menikmati sakit, kecuali diriku sendiri. Aku tidak pernah memilihmu dan tidak pernah seutuhnya memilikimu. Aku tau.
Terimakasih atas ingatan-ingatan yang sangat kuat di memory otakku ini, yang jika aku kumpulkan tidak akan habis dalam 1 hari 1 malam.
Terimakasih atas ketersediaanmu sekarang, besok, dan selamanya.

Untuk segala yang terbiasa akan menjadi kebiasaan-

Rabu, 06 Februari 2013

Jejak Awal

Seorang gadis sedang nge-date dengan teman prianya. Mereka memang berteman, hanya teman. Ketika dalam perjalanan…
Tiba-tiba sang pria itu berkata, “Eh, laper nih. Gimana kalau kita cari makan saja?”
“Boleh-boleh, aku juga laper nih. Isi perut sudah meminta jatah makan malamnya.”
“Nah, kita makan disini saja, mumpung tidak terlalu ramai nih tempat makannya?”

Tapi, sang gadis entah mengapa tidak bisa menolak. Kemanapun dia pergi jika bersama teman prianya itu, dia selalu merasa nyaman. Karena temannnya itu selalu mempunyai ide-ide unik, dan tempat-tempat yang menyenangkan.

Pria itu mulai memesan makanan yang sama dengan sang gadis. Karena, apa yang pria itu sukai, maka si gadispun akan ikut menyukai hal itu. Makanan sesaat dating, di atas meja makan mereka nomor 7.
Gadis itu, nampaknya diam-diam memandangi dan merekam dengan baik segala gesture sang pria ketika menyuapkan dan mengunyah makanan itu. Sang gadispun tidak bisa menahann senyum kecilnya, walaupun pria didepan matanya itu makan dengan berantakan.

Selang waktu, “Hey.” Pria itu memanggil sang gadis, setengah berbisik. “Gimana kalau aku jadi sayang sama kamu?”

“Apa?”sang gadis kikuk. Lalu tertawa. “Aku kan sering bilang, kalau kita pacaran hubungan kita tuh gak bakal seakrab ini lagi. Dan semuanya akan berubah drastic seketika.”

“Kita bahkan belum pernah mencobanya, kan?”

“Banyak yang sudah mencoba, tetapi tetap saja. Aku belum bisa membuka hatiku untuk oranglain, lagi.”

“Tapi, bukan berarti pehaman kita tentang bisa atau tidaknya kita bersama itu juga harus sama dengan yang sebelumnya kan?”

“Aku, tidak mau ambil resiko. Aku tidak mau ada yang berubah dari hubungan kita. Pertemanan jauh kebih berarti, bukan? Itu kan katamu juga.”

“Apa alasanmu hanya itu saja?”

“Tidak, selain yang 2 alasan itu. Ini adalah alas an terakhirku. Jika kita pacaran, aku mungkin bakal melukai hatimu, atau bahkan sebaliknya.”

“Lalu, kenapa kamu terlihat bahagia. Jika bukan karena cinta ketika bersamaku. Apalagi namanya?”

“Sayang bukan cinta. Sayang bukan hanya untuk kekasih. Ya begitulah kamu, aku bahagia. Karena….” Diam sesaat, “kamu bisa bikin aku nyaman setidaknya sampai saat ini.”

Saat itu, suasana seakaan membiarkan mereka terhanyut dalam suasana hening yang menyenangkan.

Kamu, Pemilik Semua Rindu

Hai kamu. Kamu sang pemilik setiap kata rinduku. Apa kabarmu? Aku harap kamu sehat, karena kalau kamu sakit akupun tak bisa melakukan banyak. Aku hanya dapat mengirimkan rangkaian kata agar kamu cukup istirahat dan tidak lupa untuk makan nasi & meminum obatmu jika sakit. Jarak memang jahat.

Rindu ini selalu menjadi milik kamu, seolah tak boleh dimilikki oleh yang lain. Padahal rasa rindu ini berhak aku berikan pada siapapun orangnya, selain kamu. Entah kesengajaan atau tidak. Rindu ini tertahan padamu. Bukan salahmu sepenuhnya, ini hanya karena aku yang belum menemukan penggantimu, pengganti dari tempat dimana kah rasa-rasa rindu ini harus bermuara.

Entah sudah berapa pesan rindu aku kirimkan padamu lewat doaku, entah sudah berupa emoticon peluk aku kirimkan padamu lewat tulisanku. Aku tahu, sebuah pesan tak akan berarti tanpa adanya sebuah tindakan. Simpanlah pesan itu, dan peracayalah. Suatu saat aku akan merealisasikannya.

Kira-kira sudah berapa hari kita tak bertemu? Bukan, aku bukannya tak menghitung berapa lama kita tak bertemu. Aku hanya telah lelah, lelah dengan cara semesta mempermainkan jarak diantara kita. Tapi kamu tak perlu takut, karena aku tak akan lelah untuk selalu mencintaimu. Tanpa ragu.

Ternyata benar apa kata orang-orang, hubungan jarak jauh memang berat. Berat karena tumpukan rindu hanya bisa terpendam tanpa bisa terwujudkan. Tapi, beratnya rindu tak berarti apa-apa bila dibandingkan beratnya cintaku kepadamu.

Sayangnya, di sini aku akan selalu menantimu. Tetapi tidak begitu dengan kamu. Kamu tidak memperjuangkan hubungan ini seperti aku. Tapi, untuk kesekian kalinya. Hatiku yg bergerak, bahwa aku tidak bisa beranjak dari ingatan-ingatan bersamamu. Menanti saat dimana aku dapat merealisasikan semua pesan rinduku. Dan kita akan bahagia. Bersabarlah

I miss you, and it’s mean I love you more♥

Untukmu Yang Akan Datang

Hai. Kamu! Ya, kamu.
Lelaki yang akan datang dimasa depanku nanti. Apa kabarnya kamu? Tuhan terlalu sayang padamu, hingga Dia belum juga mengantarkan kamu untukku.

Kamu, lelakiku yang akan datang di masa depan.
Sebelum kelak Yang Kuasa melepasmu dari cengkraman erat-Nya untuk bertemu denganku, perlu kamu ketahui. Sebelum Tuhan sebaik itu mempertemukanku denganmu. Sudah lebih dahulu ku buatkan surat ini untukmu.
Percaya atau tidak?

Ku beri kau waktu untuk menjawab pertanyaan diatas, tetapi jawabannya hanya ada pada saat kita bertemu kelak. Yang jelas, dimasa depan, aku adalah wanita yang sangat mencintaimu. Mungkin kelak kamu juga berpikir, "Mengapa aku harus menulis surat ini untukmu dimasa lalu? Padahal masih banyak waktu yang dapat kita habiskan dan bicarakan dengan mata empat mata tanpa sepucuk surat ini." Tapi, jawabanku tak sesingkat itu.
"Bukannya aku kurang atau tidak mencintaimu dengan tidak mau menceritakan secara langsung kelak. Justru karena aku mencintaimu, maka aku membuat kata semenarik ini agar kelak kamu dapat membacanya dengan muka berseri-seri."

Lanjutku, "Sebagai sepasang kekasih di masa depanmu, aku sudah sewajarnya jika ketakutan kehilanganmu. Sehingga aku menulis ini untukmu, agar kau dan aku bisa memperbaiki semuanya dari awal."
Benarkan, kataku?

Dear, kamu. Lelakiku di masa depan.
Aku hanya ingin kamu mengerti, bagaimana wanita yang kelak akan menjadi kekasih hidupmu ini jauh dari kesempurnaan. Mungkin, kelak aku berharap kamu akan mengatakan pada kedua orangtuamu betapa kamu bahagia mendapatkan aku untuk menjadi pendampingmu yang kekal.

Kamu, lelakiku dimasa depan.
Katakan pada-Nya melalui doa-doamu bahwa aku wanita yang sedang menunggumu dengan penuh tanya.

Dari: Wanitamu kelak dimasa depan

Aku.

******

"Karna buatku, masa lalumu merupakan bagian dari masa depan yang akan kita rancang di kemudian hari."

Aku, Kamu, dan Jarak

Sedikit kilas balik.
Ada perjanjian yang pernah kita saling ucapkan, sebelum akhirnya jarak yang biadab ini menghancurkan.
Ucapan janji setia untuk saling menjaga hati. Ingatkah?
Jika aku boleh bertanya? "Mengapa sebiadab ini jarak membuat janji kami terhancurkan?"

Lupakah kamu? Kamu yg memintaku bersabar, kamu yg menyuruhku tetap berada disampingmu, menopangmu dalam berbagai keadaan terbaik dan terburukmu jika jarak memang benar-benar sudah tak bersahabat.

Begitupun denganku, meminta hal yang sama tapi dengan nada yg rendah dan pesimis. Banyak tanyaku, Banyak cemasku, banyak pintaku, banyak syaratku yg tak ku ungkapkan padamu ketika kau sudah jauh disana. Mungkin akan jadi sepayah itu saat aku jauh dari pandangmu.
Bisa apa aku? Bagai memeluk gunung, tanganpun tak sampai.

Ternyata pertanyaanku dulu, terjawab saat ini. Memang begitu jahatnya jarak yg memisahkan 2 hati yg menyatu. Tapi apa dayaku? Aku tak bisa mengelakan lengan takdir yg sakit ini.
Sebaiknya memang bukan saling menyalahkan atau bahkan menuduh yg bukan-bukan satu sama lain.
Tapi disini, aku hendak meminta maaf untuk yg kesekian kalinya.

Untukmu.
Maaf kan karena kesalahanku yg tak bisa membahagiakanmu, sehingga kamu mencari yg lain.
Maaf kan karena kecerobohanku yg tak bisa membuatmu nyaman biarpun jarak memisahkan, sehingga kamu mencari yg lain.
Maaf kan karena kesalahanku yg tak bisa memberimu perhatian seperti waktu kita dekat dulu, sehingga kamu mencari yg lain.
Maaf kan karena atas kesukaanku menyayangimu sedari dulu, aku tetap mempertahankan perasaan ini sampai sekarang. Tolong mengerti. Dan izinkan aku untuk tetap menjaga perasaan sebaik ini.
Karena aku yakin, kamu akan kembali untukku. Seperti dulu. Sehingga tidak ada salahnya aku mempertahankan perasaan ini, bukan?

1.095 hari, 26.280 jam, 1.576.800 menit, 94.608.000 detik

Hay! Kamu...
Apa kabar ya kamu di hari ini?
Rupanya aku ingin menanyakan kabarmu melalui tulisan-tulisanku, tanpa ada nyali untuk menanyakannya langsung padamu.

Ah, sudahlah. Basa-basi tentang ini sudah familiar rasanya. Terlalu pecundang, bukan?
Baik, tau maksud dari angka ini "1095"? Jelas kamu tidak akan mengerti, mungkin.

Coba, kamu hitung. Dalam satu tahunnya ada 365 hari yg kita lewati. Sekarang, kamu hitung usia hubungan kita dikali 365hari dalam satu tahunnya?
Berapa hasilnya? Jelas 1095 hari kan?
Nah, sebanyak itu pula hari-hari yang telah kita lewati bersama. Pasti kamu tidak habis pikir kan? Aku sampe sempat-sempatnya menghitung perharinya hubungan kita? Wkwkwk.
Apa kamu mau tau juga kegilaan aku? Aku menghitung pula perjam, permenit, serta perdetiknya kita selama 3 tahun ini. Apa aku blm terlalu gila juga? Ingin tahu berapa jumlah seluruhnya?
Aku tunjukan ya, jangan kaget.
26280 jam, 1576800 menit, 94608000 detik.

Sebanyak itu lah kita melewati waktu selama ini.
Bodoh sekali, tidak ada kerjaan aku. Menghitung hal-hal yg sudah terlewat. Ah, sudahlah memang lagi nekad-nekadnya nyali saya sampe menghitung hal sekecil itu.

Tapi setidaknya kamu tahu, dengan tulisan ini, sejenak aku selalu saja terpikir ingatan-ingatan denganmu selama itu.

Di Sini-

Selamat sore.
Aku rasa senja sore ini terlihat berbeda, melihat seorang gadis sendirian  di tengah keramaian foodcourt ditemani dengan Laptop di depannya dan secangkir Ice cappuchino di sebelah kanan tangannya.
Kini bulannya Capricorn telah berakhir, dan saya bersyukur masih bisa merasakan pertambahan tua saya, dan pengurangan usia saya di Januari kemarin.

Ohiya, apa yang ada dipikaranku saat ini? duduk sendiri sebari mempost tulisanku ini "hahahahha" tawaku keluar juga dikesendirian sore ini.
Masih saja saya bertindak bodoh dalam hal-hal seperti ini. Dengan wajah polos saya melirik ke arah kanan-kiri dan sekitarnya. Yaaaaa kiranya ada orang yang saya kenal, dan bisa untuk saya ajak gabung untuk menemani saya duduk disini.

Tahu tidak? aku duduk di tempat biasa yang sudah biasanya kita tempati jika kita ke foodcourt ini. Hahahahha rupanya pikiranku selintas ingat hal itu. Masih pada orang yang sama dan selalu sama yang berkeliaran di otakku ini. Kenapa???? Ah sudahlah, pertanyaan ini basi untuk dijawab rupanya,

Tapi, saat ini terasa begitu nyaman dengan keadaan kita yang berjauhan dan miss comunication seperti ini. Benar bukan?
Terasa begitu tenang, bahagia, dan tanpa beban pikiran apapun itu. Mungkin memang sudah ikhlas untuk melepasmu bahagia, atau mungkin Tuhan yang menciptakan perasaan ini agar aku tidak merasa terbebani. Entahlah.
Tapi satu hal yang pasti, kelak. Kamu akan mencari jalan pulang saat kamu tersesat. Disaat kamu membutuhkan  jalan untuk pulang, mencari rumahsebagai tempat kamu bernaung dan singgah, ingatlah!!! Aku, jalan pulang yang hampir kamu lupakan.

Tetapi, ketika kamu membawa masalalu dalam menghadapi kekuranganku saat itu. maka aku akan menunjukan kelebihanku, yaitu membuatmu bahagia.
Adilkan? Bagaimana?

Ah, sudahlah tak terasa segelas cappuchino-ku telah habis selama aku menuliskan ini. Berbahagialah, Kamu. Ingatlah jalan pulangmu. Disini.......