Aku tak punya kemampuan untuk melihat bagaimana hidup kita lima atau sepuluh tahun mendatang.
Aku berani mengambil resiko, bukan karena aku tak punya pilihan, tapi lebih karena penasaran.
Bagaimana kita jadinya nanti? Setelah melewati banyak perubahan.
Kurus jadi gembrot, sehat jadi sakit, menyenangkan jadi menyebalkan.
Perhatian jadi abai, hangat jadi dingin.
Benarkah cinta hadir untuk waktu tak terbatas,
atau ia seperti makanan kemasan, pada saatnya nanti akan kadaluwarsa.
Jika benar adanya demikian,
Siapa yang lebih dulu menyerah pada hubungan kita, aku atau kamu?
Kadang, selintas aku merasa saat ini aku sedang melawan "diriku" sendiri, melawan segala ego yg mengepul dalam ruang kecil dipikiranku. Aku tau, ego dan diriku adalah satu paket utuh yang sulit untuk diterka dan sulit dipisahkan. Tapi, aku ingin pada "kita" yang akan menjadi satu tidak ada ego untuk hal membodohkan.
Sayang, saat ini jutaan egoku sedang menusuk satu persatu sangat dalam, ini sakit rasanya. Diriku yg menahan ego sendiri untuk tidak membiarkan kita pergi. Sekarang, cinta ada pada kita.
Aku tak punya harap berlebihan, seperti -dia- yang mengharapkanmu jauh lebih dari aku. Aku hanya ingin lebih terhormat. Dengan cara ini, aku jauh lebih bahagia.
Cinta bukan untuk dimiliki atau malah dipaksa dengan segala aturan yg kita buat. Kalau benar adanya begitu, boleh aku menyalahkan hukum alam? Boleh aku perbuat segala janji untuk kamu, untuk kita? Rasanya konyol.
Sekarang cinta kita panas menggebu,
aku penasaran, kapan ia akan membatu.
Aku berani mengambil resiko, bukan karena aku tak punya pilihan, tapi lebih karena penasaran.
Bagaimana kita jadinya nanti? Setelah melewati banyak perubahan.
Kurus jadi gembrot, sehat jadi sakit, menyenangkan jadi menyebalkan.
Perhatian jadi abai, hangat jadi dingin.
Benarkah cinta hadir untuk waktu tak terbatas,
atau ia seperti makanan kemasan, pada saatnya nanti akan kadaluwarsa.
Jika benar adanya demikian,
Siapa yang lebih dulu menyerah pada hubungan kita, aku atau kamu?
Kadang, selintas aku merasa saat ini aku sedang melawan "diriku" sendiri, melawan segala ego yg mengepul dalam ruang kecil dipikiranku. Aku tau, ego dan diriku adalah satu paket utuh yang sulit untuk diterka dan sulit dipisahkan. Tapi, aku ingin pada "kita" yang akan menjadi satu tidak ada ego untuk hal membodohkan.
Sayang, saat ini jutaan egoku sedang menusuk satu persatu sangat dalam, ini sakit rasanya. Diriku yg menahan ego sendiri untuk tidak membiarkan kita pergi. Sekarang, cinta ada pada kita.
Aku tak punya harap berlebihan, seperti -dia- yang mengharapkanmu jauh lebih dari aku. Aku hanya ingin lebih terhormat. Dengan cara ini, aku jauh lebih bahagia.
Cinta bukan untuk dimiliki atau malah dipaksa dengan segala aturan yg kita buat. Kalau benar adanya begitu, boleh aku menyalahkan hukum alam? Boleh aku perbuat segala janji untuk kamu, untuk kita? Rasanya konyol.
Sekarang cinta kita panas menggebu,
aku penasaran, kapan ia akan membatu.